Kamis, 13 Mei 2010
GURU
Sinarmu bak mentari
Memancar dari lubuk hati
Cahayamu menyirami bumi pertiwi
Kau berikan jiwa dan semangat
Kau limpahkan ilmu bermanfaat
Dari tanganmu
Dari matamu
Dari Hatimu
Dari akhlakmu
Dari imanmu
Kau lahirkan...
Manusia berilmu...
Manusia bertaqwa...
Untuk membangun bangsa
Guru...
Kau bintang
Tanpa tanda jasa.
(Karya : Sri Idayani)
Nama Pengkaji : Iin Anggraini Astuti
Tema : Guru
Amanat : Penulis menyampaikan semangat seorang guru dalam mendidik dan mengajar
peserta didik untuk membangun bangsa sehingga terlahir manusia yang berilmu
dan bertaqwa.
a. Metode
1. Diksi : dalam puisi tersebut sudah tepat
2. terdapat pengimajinasian visual
3. kata kongkret berupa "guru kauk bintang tanpa tanda jasa"
4. Persifikasi : - Ritmenya tidak teratur
- Rima dapat ditemukan pada awal bait kedua
- Metrum
5. Majas berupa majas pertautan
b. Hakikat
1. Rasa : Bangga terhadap jasa seorang guru
2. Nada : Semangat
Antara Sahabat Dan Cinta
Mataku telah terpejam, tak mampu lagi menatapmu
Tak sedikitpun keberanianku tuk berharap denganmu
Kau bukan lagi sahabatku yang dulu
Sadarkah, segala yang telah kuberi selama ini
Semua itu kulakukan karena kau sahabatku
Namun kau telah salah mengartikannya
Tak kusangka kau mengartikan persahabatan kita dengan cinta
Sungguh tak dapat aku jalani persahabatan ini karena
Aku tak mampu persahabatan ini menjadi cinta
Maafkan aku sahabatku...
(Karya : Sulastri Gustina)
Nama Pengkaji : Amalia Sari
1. Metode
a. Kata Konkret : Pada puisi ini terdapat kata kongkret yaitu "Kini bibirku telah
membeku tak mampu lagi berucap".
b. Gaya Bahasa/Majas : Kini bibirku telah membeku, tak mampu lagi berucap (gaya
bahasa).
Majas Hiperbola karena pada puisi ini kata-katanya
berlebih-lebihan.
c. Diksi : Mataku telah terpejam
Bibirku telah membeku
d. Rima : Kini bibirku telah membeku
Mataku telah terpejam
(Rimanya : "ku")
Tak mampu lagi menatapmu
Tak sedikitpun keberanianku
Tuk berharap dengamu
(Rimannya : "mu")
e. Imajinasi : menangis, menatap (penglihatan dan perasa)
f. Ritma : -
2. Hakikat
Tones : sedih, gelisah.
Feeling : rasa sedih karena persahabatan terpisah oleh cinta
REMUK
Disaat semuanya tersa indah
Tapi dengan mudah kau merusaknya
Kau yang selalu kubanggakan
Kau yang selalu kurindukan
Tapi kau tak sebaik yang kuingginkan
Semua masih terasa
Bahagia itu,
Senyum itu,
Kebersamaan itu...
Tapi sekarang tinggal kenangan
Hanya kekecewaan yang sekarang terasa
Sakit, sakit yang begitu menyayat hati
Hati ini telah terluka.
(karya: Yuni Leswita)
nama pengkaji: Henny Septirianti
tema : hati yang tersakiti
amanat: penghianatan sesorang yang mebuat orang yang dihianati terluka
1. metode
a. kata -kata konkrit: sakit hati-> kecewa, terlika, remuk, lusuh, tak berbentuk.
b. gaya bahasa/majas :
- aku remuk, lusuh dan tak berbentuk(hiperbola)
- sakit yang begitu menyayat (hiperbola)
- hati ini lelah terluka (hiperbola dan metafora)
c. diksi : remuk, lusuh, menyayat.
d. rima : -kau yang selalu kubanggakan
kau yang selalu kurindu
(kau:rimanya)
- kebahagian itu
senyum itu
kebersamaan itu
(itu:rimanya)
e. imajinasi: bahagia itu, senyum itu, kebersaaan itu(penglihatan, perasaan).
aku remuk, lusuh, dan tak berbentuk(perasaan)
sakit yang menyayat hati(perasaan)
hati ini lelah terluka (perasaan)
f. ritme : kau, sakit, hati, selalu, yang.
2. hakikat
a. tone : dalam puisi ini pengarang merasa tersakiti, kecewa, sedih.
b. feeling : rasa sakit karena terhianati
" SAJADAH "
Kau mulia dalam takdirmu
Kau rela diinjak dan menjadi alas
Namun kau tetap bersahabat
Meski banyak yang masih enggan
bersahabat denganmu
Sajadah...
Terkadang hanya kaulah
yang tahu akan diriku
Disaat aku menangis, meratap dipangkuanmu
dengan setianya kau selalu terbuka merangkulku
Kau pangku aku dalam ragamu
Kau dampingi aku dalam peribadatan
menghadap sang khalik
Tak pernah lelah, Tak pernah letih.
(Karya : Erna Yuliana.AR)
Dikaji OLeh : Rika Ariyani
Tema : Agama dan moral
Amanat : tentang seseorang yang takjub akan hakikat sajadah
Setting tepat : disebuah ruangan shalat/ kamar
Metode :
a. Kata-lata Konkret :
- kau rela diinjak dan menjadi alas namun kau tetap bersahabat
- diasaat aku menangis meratap dipangkuanmu dengan setianya kau selalu terbuka
merangkulku
b. Gaya Bahasa atau Bahasa
- Disaat aku menangis meratap dipangkuanmu -> Majas Hiperbola
c. Diksi : Pangku, enggan, diinjak
d. Rima : - Kau utuh dalam wujudmu
- Kau mulia dalam takdirmu
- Kau rela diinjak dan menjadi alas
( kata "kau" diatas adalah jenis rima )
e. Imajinasi : menangis, menatap (penglihatan dan perasa)
f. Ritme : Kau, rela, diinjak, menangis, menatap.
g. Hakikat : a. Tone : sedih, terharu, iba
b. Felling : rasa penghargaan terhadap sosok sajadah bagi manusia.
Selasa, 11 Mei 2010
Nama : Rika Ariyani
Nim : 2007112116
Kelas : 6.c
Akhirnya Kutemukan Sebuah Jawaban
Kegalauan hati mulai gelisah
Saat aku mulai menerima seseorang
Trauma yang dulu masih melekat
Yang menusuk dalam kalbu ku ini
Apakah kedua orangtuaku
Bisa menerima kenyataan ini
Saat ku pertemukan kepada mereka
Aku sangat takjub mukjizat apa yang terjadi ini
Dalam benakku ini………
Oh….. rasa gembira dan terharu
Akhirnya kutemukan sebuah jawaban itu
Ya….itu yang ku dengar dari bibir mereka
Berlinanglah air mataku membasah pipiku
Yang selama ini ku nanti
Akhirnya terwujud juga pada malam ini
Oh….tuhan aku sangat bahagia
Akhirnya kutemukan sebuah jawaban itu
Tema : percintaan dan orangtua
Amanat : apa yang telah dituangkan dalam puisi diatas, dimana mengkisahkan tentang seorang gadis yang tak boleh untuk berpacaran namun ia masih kukuh untuk menjalin sebuah hubungan kembali tak terpikir apakah diterima oleh kedua orangtuanya dan tak disangka keajaiban itu terjadi saat kedua orangtua gadis itu merestui hubungan mereka. Jadi, dapat disimpulkan dalam sebuah amanat bahwa kedua orangtua haruslah bisa memberi sesuatu kepercayaan kepada anaknya bahwa anak itu telah tumbuh menjadi besar dan bisa membedakan mana yang baik dan buruk dan kita sebagai orangtua janganlah telalu mengekang anak. Berilah sesuatu kebebasan dan kepercayaan asal kita mengarahkanya dengan baik dalam mendidiknya.
Pengkaji : Yuni Leswita
Metode
- kata-kata kongkrit :trauma yang dulu masih melekat
rasa gembira dan terharu
tuhan aku sangat bahagia
b. diksi : kegalauan hati, takjub dan mukjizat
c.
merupakan majas hiperbola
d. imajinasi : bahagia, terharu dan berlinanglah air mataku
menceritakan sesuatu penglihatan dan perasaan
e. ritme : jawaban itu. Jawaban itu.
f. rima : u-u, i-i.
g. hakikat
a. tone : bahagia, terharu dan takjub
b. feeling : rasa gembira karena cintanya direstui oleh kedua orangtuanya.
Nim: 2007112111
Tema : Seorang guru yang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa
Amanat : Dalam puisi ini mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati jasa para guru karena dialah kita dapat mengenal ilmu dan pendidikan sehingga kita dapat mengejar cita-cita yang diinginkan.
Kau penerang dalam hidupku
Memberikanku arti dalam setiap impian dan hidupku
Kau mengajarkanku ilmu pengetahuan
Dan karenamu aku mengerti arti pendidikan
Jasamu tak terkira dalam setiap langkah hidupku
Semangatmu adalah motifasi dan impianku
Ilmu yang kau berikan akan kujadikan pedonman hidupku
Namamu akan selalu hidup
Dalam sanubariku......
Kau memberikan jalan menuju gerbang cita-citaku
Jiwa dan ragamu
Kau curahkan untuk anak didikmu
Guru....
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
Karya
Amalia. sari
Nama yang mengkaji : Sulastri Gustina
Metode :
a. Kata- kata kongkrit : Namamu akan selalu hidup, gerbang cita-citaku, dalam sanubariku.
b. Gaya bahasa / majas : Kau penerang dalam hidupku, namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Majas : Hiperbola : Karena kata-katanya berlebih-lebihan.
c. Diksi : - Kau penerang dalam hidupku
- Kau curahkan untuk anak didikmu
d. Rima : - Kau penerang dalam hidupku
- Memberiku arti dalam setiap impian dalam hidupku
- Jasamu tak terkira dalam setiap langkah hidupku
- Semangatmu adalah motivasi dan impianku
e. Imajinasi : Perasaan, haru, semangat
f. Ritme : -
Hakikat :
a. Tone : Terharu, semangat
b. Feeling : Rasa penghargaan terhadap pengorbanan guru
Senin, 10 Mei 2010
"TerseraH"
Semua berkata terserah
saat dunia menangisi alamnya
lalu marahlah mereka
tapi semua berkata terserah
Dan,
Angin beraksi dengan ributnya
laut bergemuruh dengan hebatnya
gunung memuntahkan isinya
tak ada yang peduli
dan,
menutup mata
melupakan apa yang terlupakan
diam, acuh mengaku kesombongan
gegap, menasbihkan kesucian
menangisi kejadian alam
Alam tak lagi peduli, mati rasa
seperti berkata terserah
karna bagi manusia,
alam adalah robot Tuhannya.
Nama pengkaji: Erna Yuliana
1. Hakikat puisi
a. Tema: Kemanusiaan
b. Amanat: manusia yang terkadang tak peduli dengan alam yang ada di sekitarnya. sehingga terjadi musibah banjir, gununung meletus dll. oleh karena itu, seharusnya manusia harus menjaga kelestarian alam.
c. Tone: Puisi ini memiliki tone yang berirama marah dan berintonasi tinggi.
d. Feeling: penulis mengungkapkan rasa kepasrahan.
2. Metode Puisi
a. diksi: Banyak menggunakan diksi (pilihan kata), pada kata:
dunia menangisi alamnya
angin beraksi dengan ributnya
laut bergemuruh dengan hebatnya
gunung memuntahkan isinya
b. amajineri: puisi ini juga memiliki nilai imajineri, karena banyak mengandung unsur rasa di dalamnya, mencakup rasa takjub serta kepasrahan akan alam semesta.
c. kata konkret: dalam puisi ini sangat jelas terlihat banyak kata konkret. misal: "alam tak lagi peduli, mati rasa"
d. majas: a. personifikasi: gunung memuntahkan isinya
b. perumpamaan: alam adalah robot Tuhannya.
c. Metafora: saat dunia menangisi alamnya.
e. Ritme: tidak ada pengulangan bunyi yang tampak pada puisi ini.
Jumat, 07 Mei 2010
pengelola
Prodi : Pend, Bahasa dan Sastra
Jurusan : Pend, Bahasa dan Seni
Kelas : 6.c
Nama :
1. Erna Yuliana
2. Yuni Leswita
3. Henny Septirianti
4. Amalia Sari
5. Rika Ariyani
6.Sri Idayani
7. Sulastri Gustina