Minggu, 27 Juni 2010

Antara Cinta dan Sahabat yang Berakhir Maut

Nama : Amalia Sari
Nim : 2007112111
Kelas : VI. C
Tugas : Naskah Drama

Antara Cinta dan Sahabat yang Berakhir Maut

Di sebuah sekolah ada gadis cantik belia bernama Zakia dia dikenal gadis yang pintar serta ramah serta anak orang kaya. Kehiodupannya yang penuh sempurna membuatnya banyak di senangi oleh kaum laki- laki. Suatu ketika dia berkenalan dengan seorang laki-laki yang tampan dan pintar. Laki- laki itu bernama Carles, dan memiliki seorang sahabat perempuan yang menjadi tempatnya curhat namanay Isabela. Saat pagi mulai menjelang masa orientasi sekolah pun telah datang di depan mata Zakia pun mengikuti orientasi di SMA yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal rumahnya yang elit di jalan Bangau.

Zakia : (Pagi hari yang cerah membuatnya tidak sabar lagi untuk bergegas mengikuti orientasi sekolah dan ia memakai sebuah topi yang terbuat dari karton biru danMengenakan rok yang di baluti talii rapiah berwarna- warni yang menjadi syarat untuk mengikuti orientasi sekolahnya. Dia pun bergegas pergi berangkat ke sekolah nya dengan di antar oleh ayahnya dengan kendaraan roda empat mobil mewah. Sesampainya di sana dia hampir telat dan segera memasuki barisan kelompoknya, maka berkenalanlah dia dengan wanita) ” Hai perkenalkan nama saya Zakia kamu siapa ya bolehkah saya mmenjadi teman baikmu ?”
Isabela : ” Ya tentu saja boleh nama saya Isabela, kamu dari Lulusan SMP mana ?”
Zakia : ” Saya dari lulusan SMP 4 Palembang”
Isabela : ” Ohh....., senang berkenalan denganmu....” (sambil tersenyum menjabatkan tangannya ).
Zakia : ” Ya sama- sama ” ( Zakia pun kian akrab dengan Isabela menjadi teman karibnya dan sangat kebetulan sekali dia satu kelas dan satu bangku di sana dia berjuampa dengan murid laki- laki yang tampan bernama Carles dia pindahan dari jakarta. Zakia pun jatuh cinta pada Carles dia selalu memperhatikan murid laki- laki itu terus menerus dari kejahuan dan dia bebisik kepada sahabatnya Isabela ” Bella siapa murid laki- laki yang duduk di barisan sebelah kanan itu ?”
Isabella : ” Aku juga kurang tahu Zakia mari kita berkenalan sekarang.....!”
Zakia : ” Tapi aku malu Bella dia tampan sekali ya....?” ( jantungnya berdenyuk kencang mana kala ingin menghampiri laki-laki tampan itu untuk berkenalan )
Isabella : ” Ya....benar tampan sekali dia, ayo kita berkenalan dengan dia sekarang juga!”
Zakia : ” Oke siapa takut hehehe.......” (dak..dig....dug....jantung berdebar ketika mendekati pemuda tampan itu)
Isabela : ( mulai menghampiri dan berjabat tangan dengan laki- laki tampan itu ) ” Hai perkenalkan nama saya Isabella, nama kamu siapa ?”
Carles : ” Nama saya Carles, dan siapa nama teman kamu di sampingmu itu ?” ( sambil tersenyum )
Isabela : ” Oh kenalkan namanya Zakia ”( Zakia pun menjabatkan tanganya sambil memperkenalkan dirinya dan tersenyum penuh arti seolah menggambarkan rasa senangnya pada laki- laki tampan itu ).
Carles : ” Wah senang sekali ya berkenalan dengan gadis cantik seperti kalian ” ( sambil tersenyum)
Zakia : ” Ya aku juga senang berkenalan dengan pemuda tampan seperti kamu. Sudah lama ya tinggal di palembang ?’
Carles : ” Aku baru pindah dari Jakarta dulu aku sekolah di sana hanya sampai Smp saja. Dan masih terlalu asing dengan daerah palembang.”
Zakia : ” Ya kalau begitu aku dan Isabella nanti bisa mengantarkanmu jalan- jalan di daerah kota palembang, bagaimana kamu mau ?”
Carles : ” Ya tentu saja aku mau dengan senang hati ”
Zakia : ” Ya sama- sama aku juga senang bisa membantumu menganterkan jalan-jalan”
Isabela : ” Benar Carles kami senang sekali bisa jalan denganmu....” ( sambil tersenyum )
Carles : ” Ya aku juga senang, nanti sehabis lonceng pulang sekolah kita pergi bertiga ya dengan mobilku bagaimana ?”
Zakia : ” Baik aku dan Bella setuju”( Carlles, Zakia, dan Isabella pun jalan- jalan keliling palembang dengan mengendarai mobil mewah dengan sopirnya, keakrabanpun mulai terjalin manakala mereka bertiga kian akrab dengan kebersamaaan, dan pulanglah dia kerumahnya pada larut malam, di antarkanlah Isabella dan Zakia ke rumahnya masing- masing )
Carles : ” Sampai jumpa ya Isabella, besok kita bertemu kembali di sekolah ”
Isabela : ” Ya Carles trimakasih atas tumpangan dan jalan- jalannya ”
Carles : ” Ya...sama- sama ” ( Carles pun mengantarkan Zakia dan di dalam mobil dia meminta no hanphonnya laki-laki tampan itu )
Zakia : ” Carles aku minta no hanphonmu boleh tidak ?’ ( sambil tersenyum menatap Carles seolah menggambarkan begitu senagnya dirinya pada leki- laki tampan itu )
Carles : ”Ya ini no hanphon saya 08128884502,nanti kalau ada perlu hubungi saja ya Zakia !” ( mobil pun melaju kencang menelusuri jalan jendral sudirman ketika ingin mengantar Zakia ke rumahnya. Dan tibalah mobil itu di depan rumah Zakia, waktu pun telah menunjukkan pukul 20.00 wib dan dia turun dari mobil itu lalu melambaikan tangan kepada pemuda tampan itu)
Zakia : ” Terima kasih Carles sampai ketemu besok ya ” ( sambil tersenyum dan melambaikan tangannya di depan gerbang pintu rumahnya ) Keesokan harinya aktivitas sepetti biasa dilaluinya untuk bersekolah. Zakia pun bergegas bangun serta mandi dan sarapan untuk cepat- cepat datang ke sekolahnya. Sesampainya di sekolah dia bertemu dengan Isabela dan Carles yang rupanya berangkat ke sekolah barengan dan anehnya sahabat baiknya itu tidak memberitahukan kalau hari ini dia bersama Carles akan barengan ke sekolah.
Carles : ” Selamat pagi Zakia kamu cantik sekali pagi ini ” ( sambil tersenyum dan di samping sebelah kanannya masih ada Isabella dia tidak tahu bahwa bella juga begitu menyukainya dan zakia begitu juga mengaguminya).
Zakia : ” Ya pagi juga Carless, kalian sudah siap minggu depan kita ujian semesteran, apa kalian berdua mau kerja kelompok ?”
Carles : ” Ya boleh Zakia. Bella juga mau kan ?”
Isabella : ” Ya tentu saya mau sekali, tapi di rumah siapa ?”
Zakia : ” Bagaimana kalau di rumahku ?”
Carles : ” Ya boleh aku setuju ”
Isabella :” Ya aku juga setuju, kapan ?”
Zakia : ” Bagaimana minggu pagi ?”
Isabella :” Oke aku juga ada waktu luang kebetulan eskul di sekolah sedang di liburkan ”
Carles : ” Ya aku mau juga ”
Minggu hari yang di nanti itu telah tiba mereka bertiga pun belajar berkelompok dengan penuh semangat. Sampai pada suatu ketika ujian sudah selesai mereka mendapatkan peringkat di kelasnya. Zakia peringkat pertama dan juara umum sedangkan Isabela peringkat ke dua dan sayangnya Carles hanya masuk dalam sepeuh besar. Mereka bertiga pun memutuskan liburan ke Luar Kota yaitu ke Lampung, dengan mengendarai mobil mewah dia berangkat bertiga dan di dalam perjalanan dia mengalami kecelakaan maut tertabrak sebuah mobol truk teronton seketika terhantam jauh dengan kecepatan tinggi melaju kencang dariu arah depan mobil yang di naiki Carles, Isabella dan Zakia. Maut pun tak dapat di elak dia pun meninggal dunia di tempat.
Carlles : ” Awass,,,,, Pak mobil di depan ” (dia berbicara ketika sebelum detik- detik terakhir dia menjelang maut di depan mata )
Zakia : ” Awas, Ah.......” ( sambil menutup mata dengan kedua tangannya ketika di lihatnya sebuah mobil truk teronton menabrak mobil yang di tumpanginya )
Isabela : ” Awas....ahhhhhh.....( meninggallah seketika mayat Carles, Zakia, dan Isabela telempar ke jurang bersama mobil yang di kendarainya.).

Kenangan Indah Bersamanya Telah Meninggalkan Duka di Hati Anak dan Istrinya

Nama : Amalia Sari
Nim : 2007112111
Kelas : VI.C

Tema : Menceritakan tentang seorang ayah yang telah meninggal dunia di usia senja
Karena mengidap penyakit lever yang memberikan kenangan duka di hati istri
Dan keempat anaknya.
Amanat : Mengajarkan kita agar selalu tegar dan tabah dalam menghadapi cobaan
Apapun yang melanda termasuk itu kehilangan seorang figur bapak yang telah
Membesarkan kita karena yang ada di dunia ini termasuk manusia akan kembali
Kepada Allah SWT.


Kenangan Indah Bersamanya Telah Meninggalkan Duka Di Hati Anak dan Istrinya
Keluarga harmonis ini merupakan salah satu yang serba berkecukupan sebut saja Pak Riantono dan istrinya Ellena keempat anaknya terdiri dari dua laki- laki dan dua perempuan. Anak pertama bernama Buyung dan anak kedua bernama Andrian serta anak ketika Eva dan terakhir Evi. Anak pertama Buyung sudah bekerja di pelayaran dan anak keduanya adrian telah menjadi seorang anggota aparat keamanaan, anak ketiga sudah menyelesaikan studinya di salah satu universitas swasta di sumatera selatan jurusan perhotelan serta anak yang terakhir masih menyelesaikan studinya di universitas negeri di sumatera selatan jurusan listrik.
Kisah ini memang dari kehidupan nyata dari sebuah keluarga yang bahagia. Laki-laki yang kerap kali di pnggil Ayah ini merupakan seorang ABRI dia di kenal orang yang ramah, sopan dan suka membantu sesamanya di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Ayah atau Pak Riantono ini dalam kehidupan sehari- hari sangat pandai bergaul bersama kerabat tetangga serta keluarganya selain dia memiliki sifat sopan, jujur, dan tenggang rasa di lingkungan tempat tinggalnya sekitar dia juga merupakan sosok ayah yang pandai mendidik keempat anaknya yang kerap kali membuat jengkel dirinya. Ayah panggilan kesayangannya di lingkungan tempat tinggalnya dan di lingkungan keluarganya. Kegiatannya sehari- hari kerap kali di isi dengan kesibukan memasak yang menjadi hobbynya selain memasak dia juga suka sekali bercocok tanam yaitu di antaranya menanam pisang, sayur – mayur sampai dengan tanaman karet yang merupakan salah satu bercocok tanam yang menambah penghasilannya,
Suatu ketika di saat dia menghadapi masa- masa sulit menghadapi cobaan yang mengadangnya yaitu istrinya yang bernama Ellena mengalami sakit darah tinggi dia pun sedih manakalah melihat di depan matanya istrinya terbaring di tenpat tidur salah satu rumah sakit di sumatera selatan. Laki-laki ini memeluk agama nasrani dia di kenal sangat kuat agamanya tiap minggu dia kerap kali mendatangi gereja di dekat tempat tinggalnya perumnas kendaraan yang paling dia senangi adalah sebuah sepeda motor tua tapi masih terlihat bagus dengan sebuah lonceng kecil yang menghapit serta menempel di bawah jok motornya entah apa yang dia tempel itu tetapi selama benda kesayanganya itu masih menempel di kendaraan yang kerap kali di gunakannya untuk rutinitas pekerjaannya sehari- hari. Ketika istrinya sakit dia pun mencoba menjaga dan menunggui bersama kedua anak gadisnya yang bernama Eva dan Evi. Istrinya pun dalam minggu kedua kembali sehat dan bangkit dari sakitnya seketika hati Ayah pun senang manakalah istri dan ibunya telah siuman dan sembuh dari sakitnya. Ibu Ellena di bawa ke rumahnya bersama kedua anak gadisnya. Kebersamaanpun kerap kali mengisi keluarga harmonis ini dengan penuh kehangatan dan perhatian.
Satu bulan pun telah berlalu kondisi Ibu Ellena kembali sehat dan dapat berjalan serta mengikuti rutinitasnya sehari- hari dengan baik. Sampai pada tibanya dia kembali menghadapi sebuah cobaan yang tak terduga manakala suaminya pun yang kemudian menggantikannya masuk rumah sakit Benteng karena terdiaknosa mengalami sakit lever. Ayah pun di antar ke rumah sakit . Dia mengalami kondisi yang keritis karena tiap hari harus mendapat asupan darah dari rumah sakit, padahal Riantono atau yang kerap kali di sebut ” Ayah ” nama panggilan kesayangannya terlihat sehat bugar setiap hari. Keluarga, tetangga, serta kerabatnya tidak menyangka sama sekali dia mengalami penyakit lever.
Dua minggu lamanya dia berada di rumah sakit Benteng kondisinya semakin membaik dan sampai pada saatnya pada hari sabtu sore dia mengalami keritis karena dia kembali muntah darah pihak rumah sakit kehabisan darah. Dokterpun menyuruh pihak keluarga untuk mencari darah dari PMI. Anak laki- laki yang pertama dan kedua masih bekerja sehingga anak gadisnya bernama Eva yang segera meluncur dengan menggunakan kendaraan sepeda motor mencari darah buat sang Ayah. Istrinya pun bersama anak bungsunya Evi menunggui Ayah yang mengalami kondisi keritis di saat- saat terakhirnya menghembuskan nafasnya. Sedih teriris hati manakala Ayahnya tak dapat terselamatkan lagi dan dia menghembuskan nafasnya terakhir kali di rumah sakit Benteng. Anak perempuannya yang ketiga Eva pun menangis manakala dia mendapat sebuah kabar dari telpon bahwa Ayahnya telah meninggal dunia. Dia pun bergegas pulang ke rumah sakit melihat adik dan Ibunya telah menagis di depan mayat Ayahnya. Jenaza pun di antarkan ke rumahnya di daerah perumnas sako. Dengan di bawa oleh kendaraan ambulan dia pun mengiringi mobil jenazah itu dari belakang. Hatinya teriris manakala kepergian Ayahnya dia tidak melihat detik- detik terakhirnya. Hanya sebuah kenangan indah manakala Ayahnya saat- saat di rumah sakit dia meminta sebuah baju baru dan kaca mata serta sebuah coklat keinginan itu pun belum tercapai karena di usia senjanya telah meninggal dunia dia pun teringat kembali hal yang membuatnya mengiris hati ketika Ayahnya mencoba meminum minuman bergas yang sangat jelas di larang pihak rumah sakit. Eva pun sedih mengingat itu di saat dia tidak menjaga ayahnya di rumah sakit ada seorang pembesuk yang meminjamkan uang untuk mmbeli minuman itu dia pun membanting minuman itu lalu memarahi orang tersebut dan memarahi Ayahnya. Kenangan itu yang tidak bisa di lupakannya pada saat dia menjaga Ayahnya. Dan Pak Riantono pun meninggal dunia di usia 71 tahun. Keesokan harinya dia di makamkan di Talang Kerikil dan berpulanglah dia Disisi Tuhannya dengan tenang. Hanya kenangan indah yang menjadi ingatan keluarganya tenteng sosok Ayang yang dicintai dan di sayanginya.

Sabtu, 26 Juni 2010

Nama : Sulastri Gustina
Nim : 2007112085
Kelas : 6.C

Cerpen

Dari MUSI Hingga TPKS

Pagi hari yang mendung, di sertai hujan gerimis, walaupun tidak deras hujannya tapi bisa membuat badan basah kuyup…
Hari itu aku bersama teman-teman pergi jalan-jalan ke Benteng Kuto Besak dalam mengadakan jalan-jalan HMPS di BKB dan outbond di TPKS, karena aku dan teman-teman yang lain ikut dalam organisasi HMPS jadi kami mengikuti kegiatan jalan-jalan ini. Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, mempersiapkan bekal untuk jalan-jalan takutnya nanti laper sebelum jam makan siang…. Semua peserta dan panitia outbond mendapat jatah makan siang…

Saat aku berangkat ke BKB, aku kehujanan baju ku basah, ingin rasanya aku pulang lagi kerumah tapi mau gimana lagi ntar aku ditinggal lagi…
Semua teman-teman aku menunggu di MONPERA, tepat jam 07.00 Wib, kami menuju ketepian MUSI, bersiap-siap untuk menaiki Ketek yang telah dipersiapkan untuk kami jalan-jalan ke MUSI. Tapi hujan pun turun dengna derasnya dan kami semua pun kehujanan saat mengantri masuk ke Ketek, banyak juga Ketek yang kami sewa, kira-kira 20 Ketek, karena jumlah kami yang cukup banyak.
Saat mau masuk Ketek aku hampir ajah jatuh, karena licinnya Ketek yang dibasahi air hujan, pas aku mau terjatuh ada tangan yang memegang tangan ku, saat aku liat, oowwhh…. Ternyata indra..
“tree….. Gak apa-apa???
“Oohhgg…. Gak kok… Cuma kaget ajah…

Indra pun masuk ke ketek bersama ku….
Saat didalam ketek indra selalu senyum pada aku, aku tau kalau dia selalu memandang ku… tapi aku ngerasa gak tau ajah…

Di dalam ketek begitu menakutkan bagi aku, karena cuaca lagi hujan deras dan air Musi pun bergoyang, ombaknya begitu kencang, membuat aku berpegangan kuat di bahu indra....
indra tau kalau aku ketakutan dia pun memegang tangan ku, dan merangkul aku…
dia berkata…
“gak usah takut tree…. Ada indra kok….!!
“in, walaupun ada kamu aku masih takut ne… aku gak bisa berenang, aku takut ntar Keteknya tenggelam lagi….
“iya…. Indra tau..tapi, tenang ajah indra kan bisa berenang….
“makasih ya.. ndra...!!!
“sama-sama….maniezz…


Aku hanya mencoba untuk tenang karena ku lihat ketek yang lain sudah jauh dari ketek kami…
Aku merasakan sangat indah jalan-jalan di Musi ini apalagi ada indra disamping ku… memang aku gak pacaran ma indra tapi aku tau.. kalau dia menyukaiku…
Selesai jalan-jalan di Musi.. kami pun jalan-jalan ke TPKS, disana kami main outbond dan foto-foto bersama, makan siang bersama…

Saat main outbond indra selalu menjaga aku… dia takut aku kenapa-kenapa…
Makan siang, aku males makan tapi indra memaksa ku makan dia takut ntar aku sakit…
Main outbond bersama indra menyenangkan sekali…
Dia melihat aku dengan tatapan matanya yang memancarkan kasih sayang yang begitu tulus…
Dia tau kalau aku kedinginan… jadi dia meminjamkan jaketnya untuk ku…
“tree… pakai jaket aku, jaket kamu sudah basah, sini aku jemur dulu bentar biar kering….!!
“makasih ya… ndra, kamu perhatian banget ma aku….

“aku perhatian ma kamu… karena aku ada rasa ma kamu,,,, aku suka ma kamu…
Kamu mau gak jadi pacar aku????”

“aku hanya tersipu malu….dan aku jawab ya, aku mau tapi kita jalani ajah dulu…
“makasih ya tree,,,, aku janji gak bakalan nyakitin kamu… karena aku sayang kamu….

Sebenernya aku dah lama suka ma indra tapi hanya aku pendam…. Akhirnya dia menyatakan sendiri kalau dia suka ma aku…. Bener-bener sangat menyenangkan bagi aku…..
Menyenangkan banget jalan-jalan ini, dapat pengalaman dan dapat pacar yang baik kayak indra….
Menjalani hubungan sama indra hal yang aku impikan selama
Nama : Sulastri Gustina
Nim : 2007112085
Kelas : 6.C

Cerpen


Mata Untuk Chelsea
Kecelakaan ini terjadi dijalan saat Aku mau pergi kerumah teman Ku, aku sangat menyesali semua ini… Aku tak bisa mengendalikan lagi laju kendaraanku. Terdengar suara ban mobilku mendecit-decit. Orang-orang memekik. Berpasang mata seakan ditarik pada satu titik. Aku terkejut. Mobilku menghantam sesosok laki-laki yang melintas. Sesosok tubuh itu pun terkapar di trotoar, mengejang menahan sakit. Sebelah tangannya berusaha keras tetap terkepal. Genangan air hujan yang menadah kepalanya berangsur merah saat tangan lelaki itu akhirnya rebah.
Bumi seakan berhenti bernafas. Hanya sesaat sebelum kembali riuh. Teriakan. Jeritan klakson. Titik-titik air yang meluncur serentak seperti derap sepatu tentara yang melangkah dengan kemarahan. Secarik kertas pelan-pelan kuyup oleh rintik hujan yang kian deras.
***
Masih mengalir jelas dalam memori ingatanku. Enam tahun yang lalu, sepasang mata ini masih bisa memandang birunya langit yang berselimut awan tipis kian membumbung. Seperti cita-citaku yang tinggi untuk menjadi seorang pelukis hebat. Pada langit yang biru itu, selalu saja memberiku ruang inspirasi untuk menggantungkan cita-citaku setinggi mungkin. Setinggi langit yang aku lihat setiap hari. Dari jendela kamar ini pun, aku masih bisa menyaksikan dengan jelas keremangan senja yang merona keemasan bersama kepak-kepak sayap burung pipit melintas dan terus menghilang. Bahkan saat malam sebelum memejamkan sepasang mataku, aku selalu memandangi bulan yang berbingkai bintang-gemintang. Semua begitu indah.Waktu itu pun, aku masih bisa melihat dengan jelas salah satu lukisan karya pertamaku, yang kini tergantung di dinding kamar. Seakan ia menyatu dengan nasibku yang kini tergantung-gantung. Lukisan yang penuh dengan warna itu membuat aku senang sekali. Dan semuanya masih terlihat jelas dalam ingatanku enam tahun yang lalu. Duniaku yang dulu. Dunia yang penuh dengan warna. Tapi, semua warna itu telah berubah menjadi gelap. Seperti kanvas yang bersimbah cairan cat hitam. Ya, sejak peristiwa itu terjadi, aku hanya mengenal satu warna saja. Semuanya adalah hitam, gelap. Menakutkan. Sampai-sampai aku tak bisa melihat wajahku sendiri saat bercermin. Dokter yang telah memvonisku buta seumur hidup setelah peristiwa itu, membuat aku membenci semuanya. Sebab aku tidak rela dan aku tidak mengerti kenapa duniaku kini mendadak berubah?
Ah! Andai saja, pecahan kaca waktu itu tidak menancap di mataku. Aku mungkin tidak akan buta seperti sekarang ini. Aku harus meraba-raba ke manapun aku melangkah. Aku malu. Bahkan aku tidak akan tau, sekalipun di depanku ada jurang atau lautan. Aku membenci keadaan ini. Kalau saja waktu bisa diputar ulang, aku akan mengendarai mobil dengan hati-hati waktu itu. Pasti!
Tapi, kenapa harus aku yang kehilangan kedua mata ini. Tuhan sepertinya tidak adil. Aku marah. Aku begitu terpukul. Berbulan-bulan aku hanya mengunci diri di dalam kamar, bersama kedua mataku yang buta ini. Bahkan bukan saja mataku yang buta, tapi hatiku juga hampir buta. Aku telah mencoba mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Tapi setiap kali aku mencoba, selalu saja ada yang menggagalkanku. Akhirnya aku sadar kalau Tuhan masih sayang denganku.
Saat itulah Ferdy hadir. Aku seperti menemukan mataku. Dengan kesabarannya ia mengajariku untuk mengerti hakikat hidup. Ia mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan yang terbaik untukku sekarang. Aku pun bisa memahaminya. Semenjak itu, bila saja terdengar kokok ayam pertanda fajar telah datang, aku terbangun dan bergegas membuka jendela kamarku yang menghadap ke ufuk timur. Seakan mata ini bisa melihat terangnya sinar putih sang mentari yang merayap meninggi. Meski aku sadar, itu bukanlah kenyataan, tapi aku seperti melihat harapan itu. Harapan yang selalu hadir bersama bayangannya. Ferdy adalah sahabatku. Aku tak sengaja mengenalnya. Aku menabraknya saat aku tersesat waktu nekat keluar rumah. Dengan tulus ia menemani dalam duniaku yang gelap hingga saat ini. Seakan ia hadir membawa cahaya yang terang. Dia begitu setia. Sepanjang jalan waktu itu, ia memberiku banyak nasehat. Hingga aku bisa menemukan hidupku yang baru, meski penglihatanku cacat. Sampai akhirnya, aku bisa tiba di rumah dengan bimbingan dia. Hari ini adalah hari ke delapan aku melangkah kakiku keluar menuju ke sesuatu tempat di mana aku bertemu dengannya. Tempat yang seakan telah menemukan semangatku untuk hidup. Meskipun aku tidak tau tempat ini seperti apa. Tapi aku bisa merasakan tempat ini terasa indah, apalagi dengan kehadirannya. Aku telah memberanikan diri melangkah lebih jauh. Seperti dulu, saat mata ini masih berfungsi dengan baik. Awalnya aku hanya melangkahkan kakiku dengan bantuan tongkat menyusuri teras rumah. Terus ke halaman, jalan, dan tempat ini. Di sini aku bisa merasakan terpanaan sinar mentari pagi. Aku tidak peduli kulitku yang dulu putih kini menjadi gelap. Aku semakin mengenali tempat. Sekalipun hanya dengan bantuan tongkat ini aku memberanikan diri bermain-main mengikuti rabaannya. Aku menunggu seseorang di sini. Seseorang yang senantiasa menguatkanku dengan keadaaku. Dengan kesabaran dan ketulusan ia mengajariku untuk percaya diri. Untuk bangkit. Ya, seseorang itu adalah kekasihku. Ia adalah satu-satunya orang yang tidak pernah aku benci. Aku mengenalnya begitu dekat.
“Sayang… kau kah itu?” Aku mendengar ada langkah kaki mendekatiku.
“Iya Chelsea, ini aku. Apa kabarmu?” Seseorang telah menyapaku. Itulah Ferdy. Seseorang yang begitu tulus menemaniku. Aku bahkan telah jatuh cinta pada ketulusan hatinya. Dan ia pula jatuh cinta dengan kesabaranku.
“Apakah langit hari ini begitu indah, Fer?” Aku memberanikan bertanya.
“Iya Chelsea. Ada tebaran awan putih di sana. Kepak-kepak burung pipit, bermain-main di udara. Langit cerah membiru. Seperti birunya hubungan kita.” Ferdy menggambarkan semua itu padaku.
“Kau yakin, aku akan bisa melihat langit itu kembali?”
“Chelsea… yakinlah suatu saat kau akan bisa melihat indahnya langit.” Ferdy menyakinkanku. Begitulah ia selalu memberi semangat kepadaku.
“Ya.. bila aku bisa melihat langit kembali, kita akan segera menikah.” Ucapku dengan penuh harap.
Begitulah setiap hari ia berusaha meyakinkanku. Ia tak pernah lelah mencari orang yang bisa mendonorkan mata untukku. Tapi setiap kali ia gagal, aku pula yang semakin jenuh. Tapi aku tidak pernah berhenti berdoa, hingga peristiwa besar itu telah memisahkan kami.
***
Perempuan dengan kaus panjang warna putih, duduk di halaman depan rumah sejak pagi tadi. Matanya tertutup oleh perban putih yang melingkar di kepalanya. Tiga pekan yang lalu, ia sudah menjalani operasi mata. Dokter bilang ia akan sembuh dan bisa melihat sebagaimana orang normal lainnya. Dania tidak perlu menggunakan tongkat lagi untuk membantunya berjalan.
Itulah aku. Aku sangat bersyukur dan berterimakasih kepada seseorang yang telah mendonorkan matanya untukku. Meskipun aku tidak tau siapa dia. Awalnya pun aku ragu. Tapi Ferdy, kekasihku telah memberikan dorongan yang kuat untuk menerima tawaran itu. Aku pun menerimanya.
“Cahaya sebentar lagi engkau akan melihat betapa indahnya langit hari ini. Awan putihnya seakan berkejaran dengan riangnya mengejar pelangi di sana.” Suara Ferdy memecah kesunyian pagi.
“Sungguh?” Aku berbunga-bunga mendengar perkataan kekasihku. Aku bisa merasakan. Ia berdiri tepat dibelakang di mana aku duduk. Tangannya perlahan membuka perban yang sejak kemarin menutup kedua mataku dengan hati-hati.
“Bukalah matamu perlahan-lahan Chelsea! Dan saksikanlah betapa langit begitu indah sekarang. Ia seakan menunggu hadirmu, Chelsea.”
Aku menggerakkan mataku. Aku masih takut apakah mata ini masih bisa normal kembali. Perlahan aku buka kelopak mataku. Terasa berat. Aku terus mencoba dengan hati-hati. Perlahan mataku seperti diserbu ribuan berkas cahaya yang menusuk-nusuk mataku. Begitu menyilaukan. Perlahan semua yang tadinya samar-samar, kini terakomodasi kian jelas. Aku takjub dengan keajaiban yang aku lihat. Hatiku membuncah. Mataku telah bisa melihat keindahan langit pagi ini. Bahkan nanti, aku pasti bisa menyaksikan mentari yang merona keemasan menjemput malam bersama kepak-kepak sayap burung senja.
“Apa yang kau rasakan Chelsea?”
“Aku…aku… bahagia. Aku bisa melihat langit yang membiru itu, Fer..! Aku bahagia sekali.” Aku gugup. Aku begitu terpana dengan pemandangan di atas sana. Pemandangan yang selama ini aku impi-impikan. Dunia yang selama ini gelap, sekarang begitu terang benderang.
“Benar Chelsea, langit itu telah menunggu sapaanmu sejak lama.” Ucap Ferdy yang memegang erat bahuku sejak tadi.
“Lihat di sana ada awan putih!” Aku menunjuk ke arah kanan di mana kami berada.
“Ya! Awan putih senantiasa begitu indah, selalu meneduhkan pandangan kita.”
Aku semakin asyik melihat semuanya. Hampir-hampir aku tidak menyadari kalau Ferdy berdiri setia menemaniku.
“Kalau boleh aku tahu, siapa yang mendonorkan mata ini untukku, Fer?” Aku bertanya padanya. Hatiku berbunga-bunga. Membuncah dalam kesenangan.
“Dia sudah ikhlas mendonorkan matanya, Chelsea. Yang penting sebentar lagi kita akan menunaikan janji untuk hidup bersama. Kita akan tinggal di sebuah rumah yang telah kita impikan selama ini. Aku akan menikahimu Chelsea!” Ferdy berucap. Aku tersadar, aku teringat dengan janji itu. Aku membalikkan pandanganku, dengan serta merta aku akan mengatakan yang sesungguhnya kalau itu adalah impianku selama ini. Tapi bibirku terkunci, saat tersadar kau seperti aku yang kemarin.
“Tidak!” Aku terperangah kaget. Aku menjauhinya.
“Ada apa Chelsea!” Ia seperti mengkuatirkan keadaanku.
“Tidak…!” Aku sekali lagi terkejut dengan yang aku lihat. Aku ketakutan melihatnya.
“Chelsea…! Kau kenapa?” Ia kebingunan mencariku. Aku menghindar dan menepis tangannya yang meraba-raba.
“Tidak mungkin. Tidak mungkin aku akan menikah dengan orang buta sepertimu!” Aku menangis. Aku berlari menjauhinya. Ternyata orang yang selama ini begitu dengan tulus menyayangiku adalah orang yang cacat penglihatannya.
“Kau bukan Ferdy. Ferdy tidak buta. Pergi Kau!” Aku mengusirnya, hingga ia harus tertatih-tatih pergi menjauhiku.
***
Selembar surat aku baca. Ada pesan singkat di sana.
Sayang…
Sekarang kau bisa melihat langit kembali. Aku begitu bahagia.
Sayangku…
Tolong engkau jaga baik-baik kedua mata yang telah aku berikan kepadamu.
Yang menyayangimu,
(Ferdy)
Air mataku tumpah bersama air hujan yang membasahi selembar surat yang ku pegang sejak tadi. Aku tak kuasa membaca tulisan singkat yang tidak beraturan itu. Tetes air mataku kian memendarkan surat terakhirnya. Tulisan itu seakan telah menampar keegoisanku. Aku telah sombong dengan kedua mataku.
“Ferdy….!” Aku berteriak memanggil-manggil namanya. Aku tersadar kedua mataku ini adalah matanya. Kini ia telah pergi dengan mengenaskan. Dan itu berpunca dari sikapku yang salah.
Aku terlambat meminta maaf padanya. Dan aku baru sadar, kalau tubuh itu telah terbaring lemah di atas trotoar bersimbah darah. Aku telah menemukannya tak bernyawa lagi, setelah aku tega mengusirnya. Sesalku bertubi-tubi menghujani pikiranku.
Nama : Sulastri Gustina
Nim : 2007112085
Kelas : 6.C
Cerpen

Maaf Tak Sadar Aku Salah
Pagi yang indah bagi semua orang tapi tidak bagi ku, karena Dia menutupi masalahnya pada ku, tapi lambat laun dia akhirnya dia cerita juga. Dia memang orang yang tertutup, bahkan sangat tertutup, tetapi aku bisa sedikit masuk lewat pintu hatinya yang sedikit renggang. Walau susah akhirnya dia mau menceritakan masalahnya kepadaku, dan meminta aku merahasiakan hal itu.
“Kamu malu ya?” tanyaku waktu itu.
“Tidak. Aku tidak malu, aku cuma tidak mau dikasihani orang lain dan diberi perhatian khusus, aku ingin biasa saja.” Jawabnya dengan wajah tak bergeming. “Aku masih bisa hidup walau bagaimanapun caranya.”
“Iya, tenang aja aku pasti menyimpan rahasia ini.” Aku mencoba untuk mengerti dia.
“Terima kasih, Yun,” katanya lagi. Aku hanya mengangguk. “Tapi kenapa kamu sering tidak masuk sekolah?”
“Aku tidak semangat ke sekolah.”
“Tidak semangat? Seharusnya kamu itu semangat ke sekolah. Siapa tahu kekosonganmu akan terisi dengan adanya kegiatan-kegiatan di sekolah.”
“Entahlah.” Dia melenguh. Tidak ada yang bicara lagi. Bel tanda waktu istirahat selesai berbunyi. Semua kembali ke kelas. Aku duduk di tempat dudukku.
***
Tak terasa sudah enam bulan aku duduk di kelas XI, waktu pembagian rapor pun tiba. Tapi satu orang yang tidak datang mengambil rapor, yaitu Randi. Apa anak itu masih natalan? Pikirku. Padahal aku sudah memberi tahu dia bahwa hari ini pembagian rapor.Ternyata dia tidak juga datang.
“Le, Randi ke mana sih?” Tanyaku kepada Hadi setelah selesai pembagian rapor.
“Nggak tau, sejak dua hari kebelakangan ‘ni HP-nya tidak aktif. Aku takut terjadi apa-apa aja sama dia.”
“Maksud kamu?”
“Iyalah, kemaren katanya dia sakit, jadi takut aja ada apa-apa.”
Aku tidak menjawab lagi, pikiranku hanyut entah ke mana. Ada apa lagi dengan Randi? Apa dia baik-baik saja? Di mana dia sekarang? Apakah dia sudah pulang dari rumah neneknya? Berbagai pertanyaan berlomba-lomba masuk ke benak ku. Sayangnya, satu pun tidak terjawab. Pikiranku berkecamuk.
Libur semester ganjil telah usai. Semua siswa kembali ke sekolah. Ada dengan wajah gembira, ada juga dengan wajah kusut, mungkin belum puas mengokol di tempat tidur. Sedangkan aku sangat senang kembali ke sekolah apalagi hari senin ini kami akan diberi sarapan pagi yang enak, sarapan Fisika. Mata pelajaran yang sangat aku sukai di kelas XI, dan aku ingin sekali bertemu dengan Randi, ingin tahu keadaannya. Dan ingin melihat keceriaan sebenar di wajahnya bukan kepura-puraan yang selalu disebarkannya.
Tetapi hari ini masih juga belum aku temukan sesosok Randi di dalam kelas. Mataku liar memandang seluruh penjuru sekolah, tidak juga kutemukan. Dia memang tak datang lagi. Sudah dua minggu berlalu, Randi belum juga tampak.
“Le, tahu nggak di mana Randi? Sudah dua minggu belum masuk juga. Biasanyakan kamu selalu sms-an ma dia.”
“Tidak. Udah lama aku tidak menghubungi dia. Kamu ke-napa sih, Wit, nanya Randi mulu?”
“Nggak apa-apa sih, aku ‘kan sekretaris, jadi aku harus tahu keterangan setiap siswa yang tidak hadir.” Jawabku sekenanya.
Ada keraguan di wajah Hadi. Aku tak peduli. Jam pelajaran ke empat telah berlangsung selama satu jam pelajaran, Kepsek masuk ke kelas kami. Semua diam. Kepsek yang satu ini memang ditakuti semua siswa, tapi tidak untukku. Aku hanya segan kepadanya.
“Randi sudah masuk?” tanyanya tegas.
“Belum, Buk!” Jawab kami serentak.
“Ke mana dia?”
Aku mengacungkan tangan agar tidak terjadi kekecohan. Kepsek memandang ke arahku meminta jawaban.
“Tidak tahu, Buk, karena dia tidak tinggal di rumahnya.” Jawabku.
“Orang tuanya?”
“Katanya mereka sudah berpisah dan tidak tinggal bersama lagi.”
“Pendidikan itu penting untuk masa depan, jadi jangan menyia-nyiakan pendidikan selama ada kesempatan.” Nasehatnya kepada kami. Dia pun berlalu. Ica dan Viky memandangku dengan tatapan tajam.
“Kenapa?” Tanyaku heran.
“Mengapa kamu membuka rahasia Randi?” Tanya Viky. “Kalau dia tahu kami pun akan dipersalahkannya.” Sambungnya.
Lama aku berfikir rahasia mana yang aku buka,baru aku ingat dengan perkataanku kepada Kepsek tadi, “berpisah.”
“Ya Tuhan, aku lupa. Sumpah! aku tak sengaja dan sama sekali tidak berniat membuka hal itu. Maafkan aku, sungguh aku tak sengaja.” Kataku menyesal. Selain aku, Ica dan Viky juga tahu masalah Randi.
“Kenapa kamu minta maaf kepada kami, minta maaflah kepada Randi.” Kata Viky.
Mulai saat itu hatiku sungguh resah, rasa bersalah terus menghantui. Mau minta maaf, aku tidak tahu Randi ada di mana sekarang. Aku takut dia membenci aku. Aku tak mau menambah satu orang lagi yang membenci aku, seperti Yuda dan Ramdan. Sudah banyak kali aku SMS Randi tapi tidak ada balasan. Perasaan bersalah ini benar-benar mendera.
***
Langkahnya gontai, menunduk, terkeseng-keseng. Sudah dua minggu dia tidak muncul, baru sekarang menampakkan hidungnya. Mungkin anginnya mulai membaik. Dia langsung menuju tempat duduknya di ujung sudut kelas. Masih menunduk. Entah apa dalam pikirannya, semua tidak tahu. Memang orang lain tak peduli dengannya, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Hanya aku dan Hadi yang selalu bertanya keadaannya. Sebenarnya dari pertama aku melihat Rani di rumah temanku, aku sudah mulai ingin tahu tentangnya. Apa yang menarik tentangnya aku tak tahu, yang aku tahu dia tengah sendiri. Dan aku telah menghancurkan kepercayaan yang diberikannya.
Tiga hari telah berlalu perasaan takutku masih mencengkam, terus mengalahkan keberanianku untuk berbicara langsung dengan Randi. Menjelaskan semua tapi untuk bertemu dengannya saja aku takut, takut sekali. Apalagi sejak dia masuk ke sekolah tidak pernah sekalipun dia menegur bahkan melihatku. Sampai guru Bahasa Indonesia masuk ke kelas.
“Hari ini Bapak ingin kalian semua untuk menulis pengalaman masing-masing.” Pak Santoso membuka pertemuan kali ini. “Tapi Bapak mau satu orang ke depan untuk menceritakan pengalamannya.”
Hening. Semua bungkam. Tidak ada yang bersuara. Kelas yang aku duduki sekarang memang seperti itu, bila disuruh bicara dia diam tapi bila disuruh diam dia bicara. Sungguh memuakkan. Aku mengangkat tangan.
“Baiklah, Yuni maju ke depan.” Aku melangkah ke depan kelas. Ada rasa gentar juga ditatapi oleh tiga puluh pasang mata.
“Ayahku meninggal dunia ketika aku masiah terlalu kecil,” kataku mengawali cerita. Tidak ada yang bersuara. Randi tidak melihat ke arahku, dia masih menunduk.
“Ibu yang telah membesarkan kami anak-anaknya. Ketika aku di SD aku tidak pernah merasakan yanng namanya seragam baru. Semua bekas. Aku tidak pernah mengeluh, yang penting aku bisa sekolah. Di SMP aku membiayai sekolahkku sendiri dengan bantuan beasiswa untuk siswa yang berprestasi. Begitu juga di SMA. Aku selalu ditinggal sendiri di rumah, ibu dan kakak sering pergi. Ibu selalu berkata bahwa aku memang dibiarkan belajar hidup mandiri. Walaupun aku tidak makan, tapi aku harus sekolah. Itulah yang selama ini aku pertahankan. Masalah? Memang harus dimiliki oleh setiap insan agar bisa mengembang pola pikir kita. Kalau masalah keluarga, aku rasa keluargaku yang paling parah, kecoh. Setiap hari pasti ada pertengkaran, adu mulut, menangis. Sepertinya bagi mereka tiada hari tanpa bertengkar. Kadang aku berpikir untuk pergi dari rumah dan kota ini. Tapi ketika aku berpikir ulang, kalau aku pergi maka sekolahku akan terbengkalai, dan perjalananku sejauh ini akan sia-sia. Makanya aku masih bertahan sampai detik ini.”
Aku menutup cerita. Aku kembali ke bangku. Sebenarnya aku ingin Randi sadar bahwa hidup ini memang susah, tapi harus dihadapi dan dijalani, karena di setiap langkah kita selalu disirami dengan kasih sayang yang abadi yaitu kasih sayang Tuhan. Bagi aku, kenyataan itu pengajaran. Belajar menghadapi kenyataan berarti belajar menikmati kehidupan. Kalau bagi orang lain hanya dua kata yang ingin aku ucapkan, “pata nehi.”***
Nama : Sulastri Gustina
Nim : 2007 112 085
Kelas : 6.C

CERPEN


Dilema Seorang Pemain Cinta

Malam yang dingin yang begitu hening, tanpa adanya suara jangkrik yang biasanya meramaikan suasana malam, duduk Sassy seorang diri, yang terlarut dalam lamunannya. Sassy seorang gadis yang baik, manis,cantik, berambut panjang, yang mempunyai lesung pipi di kedua pipinya. Sassy sangat ramah, lirikan matanya membuat pria banyak tergoda padanya. Sassy sekarang kuliah disalah satu Universitas di Palembang, sekarang dia semester 6. Dia mempunyai banyak temen-temen yang baik padanya, ada Heny, Emi, Ira, Yuni, Erna, Rika, Srie, dan amel mereka sering berbagi curhat dengan Sassy dan masih banyak lagi teman-teman sassy yang lainnya.
Suatu hari ketika sassy sedang dalam perjalanan pergi kuliah dia menerima telepon dari seseorang yang tak dikenalnya yang mengajaknya berkenalan, namanya Farel.
Hai… Sassy
Boleh kenalan gak???
Masih ingat gak sama aku…. Farel

Ooww… Farel
Iya…. Masih ingat
Yang tadi malam kan, yang minta numb HP aku di Facebook…???

Iya.. benar…
Lagi mau kekampus yah??

Iya.. ini lagi dijalan…

Hati-hati yah sassy my sweety…

Iya…. Makasih..


Berawal dari Facebook Sassy berkenalan dengan Farel, setelah teleponan tadi Sassy dan Farel sama-sama penasaran, ingin bertemu secara langsung, kalau dalam bahasa Facebook nya Coffe Darat. Mereka merencanakan ketemuan besok, karena besok Sassy kuliah sampe malam, jadi pas pulang Sassy bisa bertemu dengan Farel.
Tiba saat malamnya, setelah selesai kuliah, sassy pun ke kost’an Heny karena disana mereka janji ketemuan sekitar jam 18.30 WIB…..
Tak lama Sassy menunggu, akhirnya Farel datang, mereka pun saling bersalaman tangan dan Sassy pun tak lupa mengenalkan Farel sama Heny, dan mereka pun pamit pulang sama Heny karena mereka ingin jalan-jalan setelah itu baru mengantar Sassy pulang kerumah.

Saat jalan-jalan Farel menyatakan kalau dia suka sama Sassy saat pandangan pertama dan Sassy pun juga bilang kalau dia juga menyukai Farel, secara lah kalau ngeliat cowok keren dikit dah mulai tuh langsung bilang suka… pa lagi cowoknya yang ngomong duluan, gak mau lah sia-sia’in kesempatan tanpa mikir lagi, kalau dah punya pacar….
Tak lama kemudian mereka pun pulang….

Setelah tiga hari dari pertemuan itu, mereka pun pacaran, mereka kembali bertemu dikost’an Heny, dan jalan-jalan lagi, mereka jalan-jalan ke Danau Opi, melihat pemandangan danau yang indah menambah suasana jadi romantis, mereka sama-sama saling menyayangi….
Walaupun saling kenal melalui Facebook mereka pun sudah sama-sama saling merasakan cinta…..
Setelah pulang jalan-jalan, saat Sassy beranjak mau tidur terdengar HP nya berbunyi, dengan mata yang sayu karena ngantuk, Sassy pun mengambil HP nya yang ada di meja belajar, saat dilihat nya ada panggilan masuk dari Aldo….. Tapi Sassy tak menjawab telepon itu, beberapa kali teleponnya berbunyi tapi tak juga Sassy jawab telepon dari Aldo…. Dan Sassy pun teringat kembali akan Aldo dan kenangan-kenangannya bersama Aldo, dia pun merindukan sosok Aldo yang masih menjadi pacarnya itu.
Sassy sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba HP nya berbunyi lagi ada pesan masuk di HP nya, saat dilihat nya sms dari Aldo…

Sayang…. Pa kabar??
Maaf sayang kalau aku udah dua minggu gak ngasih kabar,
Hp aku hilang di jambret orang, aku lupa numb Hp sayang yang baru ini…
Ini ajah aku dapat dari Yuni…
Maafin aku yah sayang….
Aku sangat menyayangi mu
I LOVE YOU
Met bobok Sayang…Mimpi indah….


Saat membaca sms dari Aldo tadi Sassy menyadari bahwa dirinya telah salah menjalin cinta dengan Farel karena dia masih berpacaran sama Aldo, dia kira Aldo telah pergi meninggalkannya dan melupakan saja tentang dia, memang dua minggu yang lalu Aldo bilang kalau dia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya, tapi bagaimana dia sudah terlanjur sayang sama Farel.
Suatu hari ketika Sassy sedang janjian bertemu Aldo dikampus,sedang duduk-duduk dikampus, datang juga Farel yang berniat untuk menjemput Sassy pulang kuliah…. Betapa terkejutnya Farel pun menghampiri mereka dan berkata….
Sayang ini siapa???
Betapa terkejutnya Aldo yang sedari tadi duduk asyik bersama Sassy, mendengar perkataan Farel barusan…..

Sassy pun tak menjawab hanya diam saja, karena Sassy tau kalau dia salah….

Aldo pun menjawab….
Aku pacarnya Sassy…..!!!
Kamu siapa???

Farel pun menjawab….
Aku pacarnya Sassy…!!!

Mereka pun terkejut dan meminta Sassy untuk menjelaskan semua ini…
Sassy pun hanya diam dan menangis….
Tak lama kemudian Sassy pun menjawab dan menjelaskan semuanya…
Sassy pun menjelaskan kalau dia lebih dulu pacaran dengan Farel baru tiga minggu dan Sassy menjelaskan kalau kenal dengan Farel dari Facebook…
Dan Sassy pun menjelaskan pada Farel kalau Aldo ini pacar Sassy dan sudah pacaran dengan Aldo sudah dua tahun…

Farel dan Aldo pun menyuruh sassy untuk memilih siapa yang benar-benar dia cintai. Sassy tak bisa menjawab dan dia meminta waktu satu minggu….
Aldo dan Farel memberi Sassy waktu…

Tiap hari Sassy selalu memikirkan masalahnya ini, siapa yang akan dia pilih melamun dan melamun saja Sassy tiap hari…. Sampai tiba saatnya dia harus memilih….
Dan mereka bertiga bertemu di Danau Opi…
Dan disana dengan tegasnya Sassy menyatakan pilihannya kepada Aldo, karena Aldo kekasihnya yang telah dua tahun ini dia pacari….. Dia pun meminta maaf dengan Farel, tak ada sedikitpun untuk menyakiti Farel dan Aldo…. Dia tau kalau dia telah salah jatuh cinta pada oranf lain sedangkan dia telah mempunyai pacar, walaupun pada saat itu gak ada komunikasi dengannya…

Farel pun memaafkan Sassy dan berharap Sassy bahagia dengan pilihannya…
Farel bisa menerima semua ini dengan lapang dada….
Sassy pun berjanji pada Aldo tidak akan mengulangi lagi kesalahannya…
Sassy pun sadar kalau dia sangat mencintai Aldo…

Sassy dan Aldo berjanji saling SETIA…. ^_^
Nama : Sulastri Gustina
Nim : 2007 112 085
Kelas : 6.C

Puisi


Lingkungan Ku


Alam yang indah terbentang hijau
Ciptaan Yang Maha Kuasa
Pohon-pohon yang rindang dan hijau
Membuat hati damai melihatnya
Merasakan sejuknya tiupan angin sepoi-sepoi
Sungguh panorama alam yang indah
Lingkungan ASRI yang nyaman
Yang membawa kedamaian hati
Keindahan alam ini jangan pernah sirna
Kita harus menjaga kedamaian, kesejukan, dan kebersihan alam
Agar kelak di hari tua nanti kita tetap bisa menikmatinya
Oohhh…. Lingkungan ku yang indah dan sejuk….
Nama : Sulastri Gustina
Nim : 2007 112 085
Kelas : 6.C

puisi

Kau Membuat ku Berarti


Tahu kah kamu semalam tadi aku mengingat mu
Mengingat indahnya kenangan kita selama ini
Tahu kah kamu bahwa kau sangat berarti bagi ku
Kau begitu indah, begitu sempurna dimata ku
Senyum mu, tatapan mata mu, tutur kata mu membuat aku rindu
Aku tak hanya meyakinkan diri ku
Tapi ku juga selalu menjaga hati mu
Tak seharusnya engkau pertanyakan cinta
Karna sesungguhnya kau yang selalu… membuat ku berarti
Kau adalah motivasi dalam hidup ku
Pemberi semangat pada ku dalam meniti hidup ini
Kau kasih ku yang sempurna, selamanya kan tetap dihati……….
Nama : Sulastri Gustina
Nim : 2007 112 085
Kelas : 6.C

Puisi
Maafkan Aku


Saat-saat indah bersama mu begitu indah
Saat-saat bersamanya juga begitu indah
Oohh….. Dilemanya hati ini
Andai saja waktu itu, ku tak jumpa dirinya
Mungkin semua takkan seperti ini
Diri mu dan dirinya kini, ada di hati ku
Membawa aku dalam kehancuran……
Maafkan aku menduakan cinta mu
Berat rasa hati ku, tinggalkan dirinya
Aku bingung, harus bagaimana
Menjalani semua ini
Aku dilema dalam kesendirian ku
Maaf kan lah diri ku
Sepenuh hati mu
Seandainya bila ku bisa mememilih…….
Nama : Sulastri Gustina
Nim : 2007 112 085
Kelas : 6.C

Puisi

Selalu Mengalah


Tau kah kau betapa aku sangat menyayangi mu
Kau juga bilang pada ku kalau kau juga mencintai ku
Tapi mengapa disaat ada pertengkaran diantara kita
Selalu dan selalu aku yang mengalah
Kadang terpikir di benak ku, apakah kau mencintai ku??
Kalau kau mencintai ku, tetapi mengapa kau selalu membuat ku marah
Kau selalu mengulangi kesalahan yang sama, lagi, lagi, dan lagi…….
Jenuh aku dengan semua tingkah mu
Tak ada masalah lain diantara kita, selain masalah ke egoisan mu
Kau begitu ku sayang……. Begitu ku cinta
Di hati ku hanya ada kamu seorang kasih
Jadi apa pun kesalahan mu selalu aku maafkan, selalu aku mengalah……..
KATAKANLAH
By: Yuni leswita

“Uh cpek juga yah”
Melelahkan sekali hari ini sudah beberapa hari ini kerja lebur terus belum lagu tu anak satu Raka tukang usil, suka bikin kesel, tukang onar, nyebelin banget deh pokoknya.(kata Reta dalam hati). Tak lama kemudian Reta pun terlelap dalam tidurnya.
Pagi harinya, ibu Reta membuka gorden kamar Reta, sambil membangunkan Reta.
“Re bangun dah pagi kamu kan hari ini mo kerja”, ibu membangunkan Reta dari tidurnya.
“ ah ibu, masih tanggung bu, masih capek”, Reta menjawab dengan menutup kembali selimutnya sampai kemuka.
ibu Reta berlalu, dan keluar kamar, tuk menyipakan sarapan pagi
Reta hari ini kesiangan ke kantor, karena setalah dibangunkan ibu, Reta ternyata tidur lagi, di kantor Reta bertemu Raka, Si tukang nyebelin tuakang usil. Reta kesel, kenapa dia harus bertemu terus dengan Raka. Gimana g ketemu satu kantor satu profesi, setiap hari kerja bareng.
Reta dan Raka adalah arsitek, setiap hari kerjanya mengambar dan membuat miniatur. Kebetulan sekarang Reta dan Raka ada job membuat miniatur taman kota Palembang dan harus diselaikan dalam waktu dekat. Capek memang tapi ada rasa kebanggaan tersendiri kalau sudah menyelasaikan tugas itu. Dalam masalah pkerjaan Reta dan Raka bisa bekerja secara professional dan dapat bekerja sama, tetapi tidak di luar pekerjaan, setiap hari kerjanya berantem melulu. Apa g’ capek coba.
Sewaktu Reta mo pulang kerja, Raka memanggil.
“Re, lo mau pulang”
“iya emang kenapa” Reta menjwab.
“enak ja lo pulang gitu ja, kita nie masih da kerjaan yang harus diselesaikan, besok nthu bos mau periksa kerjaan kita selama ni”
“ apa g’ bisa besok ja Ka, gw cpek banget, yah please”.
“enak ja lho bilang, ni kerjaan tanggung jawab kita berdua, jd lo jangan pulang dulu”.
Reta memutuskan tidak jadi pulang, dan menyelesaikan miniaur yang mereka buat, hari sudah mulai larut dan pekerjaannya belum selesai juga. Perut Reta sudah mulai memanggil, dari tadi Cuma diisi air ja. Raka masih sibuk merangkai-rangkai miniature mana yang pas dan yang cocok. Ternaya kalau dipandang-pandang raka ganteng juga yah(Reta tersenyum-senyum sendiri).
“ eh lo sudah gila ya, dari tadi gw perhatiin ketawa melulu, dari pada lo ketawa-ketawa mending lo buatin gw minum ja, minum gw dah abis nie”
“enak ja emang gw pembantu lho, bikin sediri, gw g’ mo”
“pelit amat sie jadi orang”
“biarin wekkkkkkk”.
Akhirnya selesai juga, tetapi hari sudah menunjukan pukul 10 malam, Reta dan Raka memutuskan untuk pulang, karena sudah terlalu capek dan lelah Reta dan Raka pun pulang kerumah masing-masing.
Meskipun pekerjaan sudh selesai Reta tetap ke kantor, karena masih banyak pekerjaan yang lain menunggu, karena masih telalu capek jadi hari ini Reta izin tidak masuk kantor dia inggin memulihkan tenaganya dulu baru kerja lagi. Hari ini Reta memutuskan untuk berlibur bersama keluarganya. Meskipun cuam cuti 2 hari, Reta memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya tuk berlibur. Selama ni Reta selalu sbuk di kantor tanpa memkirkan bahwa tubuhnya juga butuh istrahat.
Sudah waktunya bekerja lagi, Reta bangun pagi-pagi sekali karena dia tidak mau terlambat, memulai rutinitas seperti biasa. Bekerja lagi dengan penuh semangat yang baru.
Sewaktu sampai di tempat parkiran tempat kantor Reta, tiba-tiba ada mobil yang menyerobot tempat yang akan Reta pakai untuk memarkir mobilnya.
“ sialan, siapa sie ni orang, g’ tau apa gw yang duluan”
Raka turun dari mobilnya dengan gaya sok cool dan menjengkelakan dan tertawa.
“Rakaaaaaa….itu tempat gw, lo parkir tempat laen”
Raka berlalu begitu saja tanpa peduli dengan apa yang dikatakan Reta barusan,.
Dasar cowok g’ berprikemanuan, eh maksudnya berprikemanusian, amit-amit gw punya pacar kayak dia, gw sumpahi g ada cewek yang mau ama dia, baru satu hari gw masuk udah mau ngajak berantem, kapan sih tu anak tobatnya, gw sudah g sabar dengan sifat dia yang jahil n super ngeselin ini,(komat-kamit Re dalam hati).
“Ya Allah beri hambamu kekuatan tuk menghadapi semua ini, amin”.
Seperti biasa Raka selalu bikin onar, waktu Re lagi shalat Dzuhur di mushola, Raka menggambil sepatu Re dan di buang di tong sampah. Re mencari sepatunya yang hilang tapi tidak ketemu, Re sudah tidak sabar lagi, kali ini dia marah benar dengan Raka, Raka sudah keterlaluan banget, baru satu hari Gw kerja sudah dua kali dia bikin olah. Apa si yang dia ingginkan dari gw,selama ini gw g’ perah buat masalah denag dia. Kali ini Reta g’ mo lagi maafin Raka dan Raka tidak pernah disapa Re lagi, Re sudah terlanjur marah.
Raka menyesal atas apa yang dilakukannya selama ni, sebenarnya itu Cuma cara Raka untuk menggambil perhatian Re, Raka sebenarnya cinta dengan Re. Tapi ternayat apa yang dilakukan Raka selama ni salah sekarang Raka dimusuhi Re, Raka sudah coba untuk minta maaf tetapi tidak pernah dipedulikan Re. Raka sengaja membuntuti Re ke dapur dengan harapan Re mau diajak bicara.
“ Re gw mo bicara sama lo?”
“ bicara ja emang ada yang melarang yah?”
:gw serius Re gw mo minta maaf, malam ini gw tunggu lo di cafe tempat biasa kita makan, gw bakal tunggu lo sampai lo dateng”.
Re berlalu, pura-pura g’ denger, dan pergi begitu saja. Pulang kerja Re langsung pulang ke rumah, Re lupa bahwa tadi Raka ngajak dia ketemu, Re melihat jam di dinding sudah menunjukan jam 10 malam, Re berlari keluar menuju garasi mobil daan mengeluarkan mobilnya, tanpa sadar Re pergi memakai baju tidur, di mobil Re baru sadar bahwa dia memakai baju tidur.
“ astaga gw sudah gila pa, kok gw ke cafe pakek baju tidur si, tapi g’ papalah, Raka pasti sudah lama menunggu”.
Re memarkir mobilnya, dan masuk kafe mencari-cari Raka, akhirnya bertemu juga.
“ eh lo sudah gila yah, ni sudah jam berapa, mo pa lo nyuruh gw kesini, mo pa lagi, mo biking w marah lagi, belum puas lo nyakiti hati gw”. Tanpa ada titik koma lagi Re ngomong.
“ duduk dulu Re, gw mo serius bicara ma lo, yang pertama gw mo minta maaf atas ulah dan kesalahan gw selama ini, dan yang ke dua gw mau bilang bahwa gw suka lo gw cinta lo Re”.
Re diam seribu bahasa setelah mendengar apa yang barusan diucapkan Raka, Re menepuk keduda pipinya, apa gw mimpi yah, g mungkin ini nyata. Re mencubit pipi Raka, g’ ni bukan mimpi ini memang benar nyata.
“ apa Ka? Gw g’ salah dengar kan?”
“ ya Re gw suka ma lo”
“ jadi apa maksud lo selama ini, g’ mungki lo suka ma gw, bukannya lo lebih suka buat gw marah, bkin gw kesel”
“Re tatap mata gw, emang ada kebohongan apa dimata gw, gw selama ni suka bikin lo kesel itu Cuma asalan gw tuk mendapatkan perhatian lo ja Re, gw serius gw cinta ma lo, gw sudah g’ tahan memendam perasaan ini selama 2 tahun ini Re”.
Re binggung mau ngapain, Re jadi salah tingkah, g mungkin Raka suka sama gw, dia kan ganteng, pinter, banyak cewek lain yang lebih pantas tuk mendapatkan dia dan itu bukan gw. Gw juga sebenernya suka sama Raka, tapi gw sadar gw g’ sebanding dengan Raka. Re masih g’ percaya, dan Re tidak menjawab apa-apa dari tadi Cuma diam seribu bahasa.
“ Re gw lagi ngomong ma lo, lo mau kan jadi pacar gw”
“ Ka apa lo g’ salah orang, gw g’ pantas buat lo Ka, gw ni g’ sebanding dengan lo”
“ Re gw g” main-main dengan perasaan gw, gw sayang malo”
“ jujur Ka, gw juga suka ma lo, tp gw masih g percaya ja”
“ jadi diterima ni”
“ siapa bilang diterima, gw belum yakin sama lo, cz selama ni lo kan Cuma bisa biking w kesel ja”
“ jadi pa yang harus gw lakukan agar lo terima cinta gw”
“ lo harus ngomong besar-besar di café ini, bahwa lo suka gw, baru gw percaya”
“ oce, kalau itu yang lo mau, dengan suara lantang Raka mengucapkan RE……
Gw….. cinta…… lo”.
“Re tertawa, sambil menganggukan kepalanya tandanya dia terima cinta Raka”.
Setelah malam itu Re dan Raka tidak pernah berantem lagi, karena sekarang mereka sudah pacaran, tidak ada yang percaya bahwa Re dan Raka bisa jadian, karena selama ini Re dan Raka ibarat anjing dang kucing yang tidak pernah akur. Raka akhirnya lega bahwa dia suka mengkatakan apa yang harus dia katakana, jadi cinta itu tidah harus dipendam siapa tau orang yang kita suka juga suka sama kita.
SENYUM TERINDAHKU
By: Yuni Leswita

Saat bersama semua tak terasa
Walau makan seadanya
Walau tidur tak beralas apa-apa
Semua akan terasa lebih indah jika dilewati bersama

Semua terasa hangat
Canda yang menghanyutkan suasana

Sedi dibalut rasa gembira
Luka dibalut tawa
Semua jadi Satu

Tidak ada kebencian
Yang ada hanya kebahagian
Untukmu keluargaku tersayang
Kuberikan senyum teridahku
SUJUDKU
By: Yuni Leswita

Dalam keheningan malam
Ketika semua terlelap dalam alam mimpinya
Aku terbangun untuk membasuh mukaku
Dan menghadap kekasihKu

Aku rindu akan diriMu
Aku rindu akan belaianMu
Tak henti-hentinya aku menyebut namamu
Ya Rob, aku berlutut di hadapanmu

Aku tidak peduli dengan nikmat duniaMu
Aku hanya butuh diriMu selalu ada disisiku

Ya rob, dalam keheningan malam aku bersujud
Untuk mendapat rahmat dan ridhoMu
Amin.
v
RUMAHKU NERAKA BAGIKU
karya: Yuni Leswita

Namaku Angga, sekarang aku tercatat sebagai mahasiswa semester 2 di univeristas sriwijaya, jurusan teknik sipil. Aku mempunyai seorang adik cewek berumur 3 tahun, aku sangat sayang dengan adikku, tetapi aku sangat benci dengan papa dan mama ku, setiap hari selalu ku dengar papa dan mama berantem, apa g’ ada kerjaan lain selain berantem. Aku pusing dengan keadaan di rumahku. Terkadang aku tidak pulang ke rumah karena aku tidak inggin mendengar perang dunia ke-3 yang selalu terjadi di rumah, aku g tau apa tau apa yang mereka perebutkan. Papa bekerja di kantor suasta sebagai direktur, dan mama seorang wanita karir yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan arisan dengan teman-teman sekantornya.
Windi adikku yang perempuan besar dipembantuku, karena mama tidak pernah mengurusnya, dari kecil semenjak lahir bibi lah yang mengurus Windi, tak heran Windi lebih dekat dengan bibi daripada mama. Windi terkadang menanggis kalau mama mengambilnya dari bibi tuk diajak pergi, Windi merasa bibi lah ibu yang melahirkan dia, bukan mama. Saking sibuknya mama anak sendiri tidak mengenalinya.
Pagi-pagi suasana rumah begitu sepi tenyata, papa g pulang semalem, mama sudah berangkat ke kantor, aku sarapan bersama Windi. Aku heran kenapa keluargaku g pernah akur dan selalu ja terjadi pertengkaran. Terkadang aku iri dengan temanku Rendi meskipun dia dari keluarga yang sederhana tetapi keluarganya selalu damai dan tentram.
Apa semua orang kaya hidupnya kaya di rumahku yah, g juga sih, banyak buktinya orang kaya tapi hidupnya aman-aman saja. Ah aku g peduli terserah apa yang diingginkan oarng tuaku, lagian mereka tidak pernag memikirkan kami, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri, yang dipikirkannya hanya pekerjaan-pekerjaan. Aku pusing dengan semuanya. Tapi aku masih ada harapan dari keluargaku yaitu adik kecilku Windi yang selalu ada bersama ku. Hari ini aku pulang malam, sesampai di rumah seperti biasa terasa sepi, aku menanyakan mama dan papa ke pada bibi.
“ bik, papa belum pulang?????”
“ belum den”
“ mama juga yah bik?”
“ tadi mama telfon katanya ada arisan malam ini jadi mama pulang terlambat”
“ oughhhh ada arisan yah, apa ada arisan sampei malam gini bik?”
“ bibi g tau den”.
Sebelum tidur aku selalu mengajak Windi bermain dulu, karena Windi pasti butuh teman bermain, aku kasian sama adik ku satu ini, seharusnya dia di urus oleh mama, tetapi malah di urus pembantu, jam di dinding menunjukan pukul 11 malam tak lama kemudian ada mobil yang dating, tenyata papa sudah pulang. Papa langsung ke kamarnya, selalu begitu tidak pernah mau tau tentang urusan ku. Tetapi mala mini papa mengetuk pintu kamarku’
“ Ngga, Angga, belum tidur?”
“ belum pa, masih ngerjain tugas”,
“Windi sudah tidur yah”
“ sudah pa”
“ mama mana kok belum pulang”
“ Angga g tau, telfon ja,”
Papa berlalu dari balik pintu, aku tidak membukakan pintu karena aku merasa jijik dengan kedua orang tuaku, walaupun aku lahir dari mereka tapi aku tetap benci kepada mereka. Aku tak tau mengapa aku begitu membenci kedua orang tuaku. Tak lama kemudian mama pulang, dan yang membukakan pintu adalah papa.
“ jam segini baru pulang, dari mana aja ma?”
“ arisan pa, papa sudah lama pulang”
“ mama seharusnya mama itu mengurus anak-anak, bukan keluyuran, pulang malam-malam, papa susah payah cari uang untuk kalian tetapi mama begini kelakuannya di belakang papa, mulai besok mama g usah kerja lagi, biar papa saja yang cari uang, kan kasian sama windi yang masih kecil”
“ g’ bisa gitu, sebelum kita menikah papa sudah janji pada mama, mama boleh bekerja walaupun sudah menikah, sekarang papa meminta mama untuk berhenti, tidak bisa, mama susah payah membangun karir mama, mulai dari nol pa”
“ terserah, yang papa tau mulai besok mama tidak boleh kerja lagi. Titik.”
Ya Allah hari sudah malam begini papa dan mama masih saja berantem, aku tidak bisa tidur sama sekali, apa mereka g malu tiap hari kerjaannya Cuma berantem aja. Besok paginya mama masih bekerja, padehal papa sudah bilang bahwa mama tidak boleh bekerja lagi, tapi begitulah mama, keras kepala, mentingin karir daripada anak. Papa membolehkan mama tetap kerja tapi dengan satu syarat bahwa mama tidah boleh pulang malam lagi.
Sudah seminggu aku tidak mendengar mama dan papa berantem, aku senang karena tidak ada perang dunia ke-3 yang akan ku dengar, beberapa hari ini Windi sudah mulai deket sengan mama, dan mama banyak meluangkan waktu untuk kami begitu juga dengan papa. Tapi Cuma seminggu itu aja aku rasakan kebahagian di rumahku, karena setelah itu mama mulai pulang malem lagi. Yang lebih menggagetkan aku tenyata mama berselingkuh dengan brondong. Aku benci dengan mama, apa sih kurangnya papa, kenapa mama mesti berselingkuh, yang lebih menyakitkan mama berselingkuh dengan Deni temanku satu SMA dulu. Papa sangat terpukul, merasa bersalah karena tidak bisa mejaga keluarga.
Papa binggung mau ngapain, sudah beberapa hari ini papa tidak kerja dan kerjaannya Cuma ngelamun aja, papa malu di kantor, karena orang satu kator papa sudah tau kalau mama selingkuh, papa merasa gagal menjadi seorang suami. Demi kebaikan bersama papa memutuskan untuk bercerai dengan mama. Aku mendukung atas apa yang dilakukan papa, karena kau benci dengan mama, wanita tidak tau diri. Akhirnya mama dan papa resmi bercerai. Aku dan Windi memutuskan untuk ikut bersama papa, karena aku tidak mau ikut bersama orang yang tidak punya akhlak. Mama diusir dari rumah, mama sters karena kehilangan semuanya, selain kehilangan keluarga, mama juga dipecat dari pekerjaannya, dan berondong yang berselingkuh dengan mama pergi begitu saja, karena brondong itu hanya memanfaatkan mama.
Lambat laun keadaan papa mulai membaik, dan hari ini papa mulai masuk kantor, aku senang karena papa bisa bangkit kembali menjadi orang yang lebih kuat dari sebelumnya. Sedangkan mama sekarang menjadi seorang gelandangan yang tidak terurus badannya, terkadang aku merasa kasian, tetapi terkadang aku merasa benci atas perbuatannya. Tapi sepentasnnya mama mendapatkan semua ini, karena semua berawal dari ulahnya sendiri.
MALAIKAT KECIL
By: Yuni Leswita

Semilir suara angin menerpa jilbabku yang merah, aku tersenyum memandang sungai musi yang begitu indah. Di atas sungai musi ada AMPERA yang begitu kokoh berdiri. Bising suara kendaran bermotor hilir mudik tak sedikitpun mengganguku untuk menikmati keindahan musi, Sungai kebanggan orang Palembang yang selalu dijaga kebersihannya.
Pagi ini aku duduk di pinggir sungai musi untuk menghirup udara segar, kebetulan hari ini aku tidak kuliah, aku kuliah di universitas PGRI. Ternyata pagi hari tak mengurungkan niat orang tuk mengunjungi musi, pagi-pagi sudah banyak orang yang datang, ada yang memancing ada yang berjualan ada juga yang sengaja Cuma untuk menikmati keindahan sungai musi, begitu juga dengan aku. Baru sebentar aku duduk ada seorang anak kecil mendekati ku. Dia membawa alat music kesayangannya dengan tidak ragu dia memetiknya dengan penuh semangat dan benyanyi dengan riang.
Aku terkesimah mendengar dia bernyanyi, ternyata suaranya begitu indah. Akupun memintanya utuk benyanyi lagi dengan lagu yang kuinggginkan.
“ dek, kakak boleh reques g’”
“ mau lagu apa kak”
“aishiteru bisa”
“ya kak”
Diapun mulai menyanyikan lagu yang ku maksud, dengan memetik gitar kecilnya.
“ walau raga kita terpisah jauh,
namun hati kita slalu dekat,
bila kau rindu pejamkan matamu,
dan rasakan a….a..aku..”
Aku tersenyum setelah dia menyanyikan lagu itu, akupun memberi uang sepuluh ribu kepada adik kecil itu. Dia langsung pergi setelah aku memberi uang itu. Hari sudah mulai siang, matahari sudah menampakan kegarangannya, tetapi aku belum juga beranjak dari pinggir musi. G’ lama kemudian adik kecil itu lewat di dekatku. Ternyata dia belum pulang, apa dia tidak sekolah yah, kan dia masih kecil, biasanya jam segini anak SD belum pulang sekolah.
“ dek belum pulang”
“ belum kak, bentar lagi, kakak kok belum pulang?”
“ yah kakak masih pengen di sini, adek g’ sekolah?”
“ sekolah, tapi masuk siang kak”.
Adik kecil itu duduk di dekatku dan kami mulai berbincang-bincang, dan aku banyak bertanya kepadanya, tenyata adik kecil ini usianya 8 tahun dia baru kelas 2 SD, banyak yang kami perbincangkan, dia tidak segan berbagi cerita kepadaku. Ternaya dia mengamen untuk membiayai sekolahnya, dia dari keluarga yang kurang mampu, karena ayahnya sudah meninggal dan ibunya hanya seorang buruh tukang cuci yang pendapatnya tidak menentu. Dia 3 bersaudara kakak tertuanya kelas 2 SMA, dan adiknya masih kecil berumur 1 tahun. Mengamen bukanlah perkerjaan yang tidak terhormat, Karen a kita bukan meminta-minta tetapi kita menjual suara kita.
Aku sedih melihat anak sekecil ini sudah bisa mencari uang untuk membiayai sekolah dan membantu menopang ekonomi keluarga, anak seusianya pantasnya bermain dengan teman-temannya, tapi itulah hidup, kita tidak bisa membayangkan, beruntunglah bagi kita dari keluarga yang berkcukupan. Masih banyak anak-anak yang malang, yang sepantasnya dia menikmati pendidikan bukan mencari uang untuk keluarga. Tetpi sosok anak kecil ini tidak pernah mengeluh dengan apa yang dikerjakanya, karena dia menjalani dengan ikhlas.
“ hari ni dapat berapa dek”
“ Cuma 17 ribu kak, tapi lumayanlah tuk makan hari ini, kata ibu kita harus bersyukur atas apa yang kita dapat, apabila kita bersyukur atas nikmat yang diberi Allah, maka akan dilipat gandakan”.
Subhanallah anak sekecel ini sudah tau yang namanya bersyukur, sedangkan aku selama ini tidak pernah puas atas apa yang ku dapat, aku sedih aku teringat dengan ibu yang sering ku buat menanggis apabila tidak memberI apa yang ku mau. Ya Allah maafkan hambamu yang selama ini selalu kufur atas nikmat yang engkau beri.
Banyak pelajaran yang ku dapat hari ini dari seorang anak kecil, aku yang sudah berumur 20 tahun tetapi tidak pernah dewasa dalam meghadapi hidup.
“ dek kapan-kapan kakak boleh kan main ke tempat adik?”
“ boleh aja kak, tapi rumahnya saya Cuma gubuk kecil yang sudah peot dan tidak pantas dihuni”
“ g’ apa-apa yang penting hidup bahagia dan ada tempat untuk berteduh.
Setelah pertemuan tadi, yang pertama yang akan kulakukan di rumah adalah bersujud di kaki ibuku, karena selama ini aku sudah banyak bikin dosa. Aku akan menjadi anak yang lebih baik, dan akan berbakti pada orang tua.,dan tidak mengecewakan orang yang sayang padaku. Sesampai di rumah, aku mencari- cari ibuku, ibu kemana yah, kok g ada, g biasanya jam segini ibu pergi, akupun memanggil-manggil ibu.
“bu….ibu dimana?”
Tak lama kemudian terdengar suara dari luar, dan menjawab sautan panggilan aku.
“ kenapa, ibu dari rumah tetangga, adik dari mana kok baru pulang?”
Aku menanggis sambil memeluk ibu, dan mencium kedua pipinya, ibu binggung atas apa yang kulakukan, g seperti biasaya aku begini, aku anak yang periang,tidak pernah sedih, dan agak sedikit nakal+ jahil. Ibu mencoba menenangkan aku, tetapi aku tetap saja menanggis. Ibu mencoba mengajak aku berbicara.
“ adik kenapa nanggis, da masalah apa, cerita sama ibu”
“ hikzzz…. Hikzz…. Hikzzz….buk maafin adik yah sudah bandel selama ini, adik suka bikin ibu nanggis”
“kenapa, adik g salah, ibu sudah maafin semua kesalahan adik, ibu tau adik anak yang baik”
“ buk adik nyesel udah bandel selama ini, sudah bikin susah ibu”
“ g apa-apa, adik itu masih labil jadi masih berbuat sesuka hatinya, tapi adik tetap anak ibu yang baik, ibu tau dengan anak ibu”
Akupun menceritakan tentang apa yang kulakuka hari ini, dan tidak lupa juga aku menceritakan tentang sesosok anak kecil yang ku temui hari ini, dengan seksama ibu mendengarkan aku becerita. Setelah aku bercerita, gilira ibu sekarang yang bercerita, ibu juga menceritakan bahwa tadi dia dari rumahanya bi Darmi, ibu juga bercerita tetang anak bi Darmi yang bernama Ahmad, dia mendapatkan beasiswa karena mendapat juara umum. Bi Darmi adalah tukang cuci di rumahku, setelah ibu bercerita tentang Ahmad, aku baru tau Ahmat yang ibu maksud adalah anak yang ku temui tadi pagi, aku tidak mengira bahwa Ahmad anak yang pintar, aku kira anak-anak kayak Ahmad tidak begitu mengjhiraukan pendidikan, tenyata aku salah.
Aku sadar selama ini aku tidak pernah peduli dengan keadaan sekitarku, dan sekarang aku lebih mengerti tentang artinya hidup dan menghargai atas apa yang ku dapat, aku juga tau bagaimana susahnya mencari uang. Setidaknya aku lebih menghargai orang yang susah dan tidak memandang orang sebeleh mata.
JILBAB
By: Yuni Leswita

Kau pelindung bagiku
Terik matahari
Hujan badai
Angin sepoi-sepoi
Tak sedikitpun membuatmu patah semangat

Menjaga dari para lelaki jalang
Lelaki hidung belang
Kau menutupnya dengan rapat
Dan menjaganya dari goresan-goresan orang jahat

Kau selalu ada bersama orang-orang yang beriman
Member perlindungan
Member kehangatan
Kau yang selalu setia menjaga

Tanpa dirimu aku tak tau apa yang akan kulakukan
Aku senang kau tidak pernah letih untuk melindungiku
Kau setia bersamaku
Menemaniku
Dan menjagaku
Jilbab engkau segalanya bagiku.
KUGAPAI MIMPIKU
By: Yuni Leswita


Indah aku biasa dipanggila, Indah bercita-cita menjadi seoarng guru karena tugas guru sangat mulia. Tidak ada orang yang lebih hebat di dunia ini kalau tidak ada guru. Kata- kata itu yang selalu Indah inggat, karena mendengar kata itu Indah inggin menjai guru. Setelah tamat Sekolah Menengah Tinggkat Atas (SMA). Indah sekarang bekerja, karena Indah tidak ada uang untuk kuliah maka dari itu Indah menggumpulkan uang utuk tetap bisa kuliah. Indah tinggal bersama neneknya yang sudah tua. Mereka hidup mengandalkan uang pensiunan neneknya. Anah dan ibu indah meninggal karena kecelakaan kereta api. Indah anak semata wayang, dari usia sepuluh tahun Indah tinggal bersama neneknya.
Sebenarnya Indah pengen sekali kuliah, tetapi tidak ada biaya, jadi Indah memutuskan untuk bekerja, sekarang Indah bekerja di rumah makan, walaupun g’ seberapa gajinya Indah berharap Indah tetap bisa menabung dan kuliah. Gaji di rumah makan cukup untuk makan saja, jadi indah memutuskan untuk mencari pekejaan yang lain, Indah melamar pekerjaan kesana-kemari tetapi tidak ada satupun yang menerima surat lamarannya. Apalah arti ijazah SMA, jaman sekarang jangankan anak yang Cuma tamat SMA, anak yang sudah S1 pun masih banyak yang nganggur. Tetapi Indah tidak pernah patah semgat, satu keingginannya yaitu menjadi seorang guru, jadi Indah tetap semangat mencari pekerjaan.
Indah menengar dari temennya ada perusahaan notaries yang bari dibuka, kebetulan SMA dulu Indah jurusan notaries, jadi Indah memutuskan untuk memasukkan surat lamaran. Alhamduliah ternyata mendapat panggilan, setelah diinterviu Indah dinyatakan lulus, Indah sangat senang. Sesampai di rumah Indah langsung mencium neneknya.
“ nek tau g’ Indah hari ini ada kabar baik nek”
“ ada apa Indah, Indah lagi dapat apa?”
“ Indah diterima kerja nek, sekrang Indah kerja, jadi Indah bisa kuliah nek”
“ alhamdulilah, kamu harus bersyukur Ndah, jadi kamu bisa kerja sekarang”
“ iya nek”.
Hari ini Indah sudah mulai kerja, hari pertama kerja Indah dimarahi bos, maklum hari pertama, tetapi hal itu tidak membuat indah patah semangat, Indah memperbaiki semua kesalahan yang Indah buat. Segera Indah mengganti semua yang salah. Tenyata semua bisa Indah lewati, sudah waktunya pulang kerja, Indah langsung pulang ke rumah. Sudah setahun indah bekerja, semua dilewati tidak terasa, waktunya penerimaan mahasiswa baru, Indah juga ikutan mendaftar menjadi mahasisawa baru, tetapi Indah menggambil yang kuliah non regular, karena indah harus tetap kerja untuk membiayai kuliahnya. Indah menggambil kuliah di PGRI jurusan bahasa Indonsia. Sejak SMA Indah menyukai pelajaran bahasa Indonesia.
Walaupun banyak yang memandang sebelah mata jurusan bahasa Indonesia, tetapi Indah tidak pernah peduli dengan apa yang mereka bicarakan, toh bahasa nasional kita kan bahasa Indonesia. Indah akan buktikan bahwa jurusan bahasa Indonesia bukanlah jurusan yang jelek, dan tidak semudah yang mereka bayangkan pelajaran bahasa Indonesia itu.
Pulang kuliah Indah menaik angkot, Indah duduk di dekat seorang lelaki, tak lama kemudian laki-laki itu mengajak Indah berbincang.
“ kuliah yah?”
“ yupz”
“ di mana?”
“ PGRI”
“ jurusan?”
“ bahasa Indonesia”
Laki-laki itu tersenyum, g tau mengapa dia tensenyum apakah mengejek atau memang ada yang lucu, tetap nenek selalu menginggatka Indah bahwa kita tidak boleh negative tingking dengan orang, kata-kata nenek ini selalu Indah inggat. Indah tidak peduli dengan laki-laki di sebekah Indah, tak lama kemudain dia berbicara.
“kenapa ambil jurusan bahasa Indonesia, kenapa g’ bahasa Inggris aja?”
“emang ada yang melarang yah, ada undang-undangnya, tidak boleh ambil jurusan bahasa Indonesia?”
“ g ada sie, yah kan bahasa Indonesia sudah tau semua, secara bahasa kita sendiri napa harus dipelajari?”
“ emang salah yah mempelajari bahasa sendiri, ywd yah g penting juga lo ngurusi gw, sapa lo gitu?”
“ oya, kita belum kenalan, nama aku Rian, nama kamu siapa?”
“ gw Indah”.
Rian meminta number hp Indah, Indah tidak mengubrisnya karena masih jengkel, enak aja sudah ngata-ngatain mo minta numb hp. Ih g tau diri banget yah ni cowok, g’ tau pa gw masih jengkel ma dia. Pulang kuliah sesampai di rumah Indah masih menggerutu, nenek mengajak Indah makan, tapi Indah tidak menghiraukannya.
“ Ndah, kita makan dulu”
“ entar neng, Indah masih kesel”
“ kesel kenapa Ndah, cerita sama nenek”
“ tadi itu nek, sewaktu Indah mo pulang, Indah ketemu ma cowok, g’ taunya dia ngata-ngatain Indah, masak dia bilang jurusan bahasa Indonesia itu tidak kredibel?”
“Ndah intinya kita itu harus lebi sabar dan tetap semangat, g semua orang suka sama kita, mending sekarang Indah makan dulu.”
Indah dan nenek sudah selesai makan, setelah makan Indah mengerjakan tugas, walaupun baru hari pertama kuliah, tetapi sudah banyak tugas. Ke esokan harinya Indah kuliah di kampus Indah bertemu dengan lelaki yang ditemuinya kemaren, tenyata mereka satu kelas, satu jurusa, apa maksudnya yah kemaren memojokkan aku. Indah bertanya-tanya dalam hati, inggin sekali dia mengajak lelaki itu untuk berbicara, tetapi masih ada dosen. Setelah dosennya keluar Indah mendekati lelaki itu.
“ hei lo, ternyata lo kuliah di sini juga yah, apa maksud lo bicara kayak gitu kemaren?”
“gw dah nama, nama gw Rian, gw g’ dah maksud apa-apa, guma pengen tau aja sejauh mana lo cinta dengan bahasa lo sendiri, setau gw anak yang masuk jurusan bahasa Indoneisa ini Cuma mau menghindari jurusan lain ja, seperti jurusan bahasa Inggris, jurusan Matematika, eh g taunya lo memang serius untuk masuk jurusan ini”
“ ya iyalah, masak gw main-main.”
Setelah berbicara dua mata, Indah tidak penasaran lagi, Indah kemudian berlalu begitu saja, Indah tertawa ternyata laki-laki ini Cuma mo ngetes Indah aja, g’ yang Indah tetap hepy. Walaupun banyak yang melecehan jurusan bahasa Indonesia, Indah sedikitpun tidak gentar, satu cita-cita Indah menjadi guru bahasa Indonesia.
Akan ku gapai mimpiku, walau banyak rintangan, aku tetap harus jadi guru, guru bahasa Indonesai, cayo…. Guru bahasa Indoneisa, tetap semangat teruskan perjuangan, cerdaskan anak bangsa.

Jumat, 25 Juni 2010

Dasar Gila

Naskah Drama

(Henny SeptiriantiI
(2000711211)

Di ruangan berdinding putih yang hanya ada satu jendela. Udara masuk hanya sedikit hingga ruangan terasa pengap. Lelaki yang duduk di depanku ini adalah orang yang selalu merasa terancam. Namanya Putra, namun ia sering mengaku namanya bukan Putra. Kadang namanya Budi, Riko, bahkan nama-nama sayuran yang aneh misalnya buncis, terong, bayam. Sudah 1 tahun ia menjadi penghuni di rumah sakit jiwa ini. Dulunya ia seorang sniper yang selalu diajarkan untuk waspada. Pekerjaannya adalah membunuh musuh. Karena tertekan dengan pekerjaannya, ia menjadi stress.
Namaku Rian. Sudah 3 tahun aku bekerja sebagai psikolog di rumah sakit jiwa ini. Tugasku adalah mewawancarai pasien-pasien seperti Putra. Dan kali ini aku pun wawancarai dia.
Rian: “Boleh aku tahu siapa namamu ?” (dengan tenang)
Putra: “Untuk apa kau mau tahu namaku ?“ (dengan hati-hati)
Rian: “Aku adalah temanmu.”
Putra: “Apakah aku bisa mempercayaimu? Jangan-jangan kau adalah musuhku.”
Rian: “Tenang saja. Kau dapat mempercayai aku.” (dengan nada meyakinkan).
Putra: “Namaku Dika.”
Rian: “Apakah aku boleh tahu apa misimu kali ini ?”
Putra: “Benar, kau ingin tahu ?” (sambil menyelidiki)
Rian: “Ya. Kali ini aku ingin tahu apa misimu ?” (agak sedikit mendesak).

Aku meyakinkan dia dengan pandangan mataku yang tak kulepas dari matanya. Aku ingin tahu tahu khayalannya kali ini. Lalu dia membisikkan sebuah misi di telingaku, . pelan agar tak ada orang yang mendengar. Lalu kembali ke tempat duduk masing-masing.
Rian: “Kau terjebak. Kau telah mengakui misimu…kau gagal, aku adlah orang dari pihak musuhmu. Kau haru bunuh diri. Misimu gagal.” (sambil tertawa).
Putra: (marah dan sambil mencoba mencekik Rian) “Kalau begitu kau harus mati. Kau harus mati.”
Rian: “Perawat. Perawat.” (sambil berusaha melepaskan tangannya di leher.

Dua perawat pun datang. Dan membantu aku melepaskan diri dari Putra yang gila. Lalu aku langsung pergi ke ruangan Dokter kepala bersama perawat.
Dokter kepala: “Apa yang terjadi ?”
Rian: “Orang gila itu menyerangku.” (sambil marah)
Dokter Kepala: “Memang apa yang kau lakukan ?”
Rian: “Aku hanya menanyakan apa misinya kali ini. Lalu kubilang aku adalah musuhnya. Dan orang gila itu langsung menyerangku.”
Dokter Kepala: “Kau tidak boleh melakukan itu. Semuanya bisa membahayakan dirimu dan dirinya. Kali ini kau sungguh keterlaluan.”
Rian: “Tapi dok?”
Dokter Kepala: “Kau dipecat. Kau tidak boleh melakukan wawancara lagi.” (dengan tegas).
Rian: “Dokter terlalu. Aku Cuma melakukan kesalahan kecil kenapa aku haru dipecat.” (sambil marah lalu keluar ruangan)
Dokter Kepala: “Perawat tolong anda jaga Rian. Jangan sampai ia melakukan wawancara kepapda teman-temannya.” (perintah dokter kepada perawat).
Perawat: “Baik Dok. Tapi bagaimana perkembangan Rian sekarang?”
Dokter Kepala: “Masih seperti biasa selalu menganggap dirinya Psikiater”.
Perawat: (sambil keluar ruangan dokter kepala) “HUH.. dasar orang gila”.

GIGIN

Cerpen ke-5
GIGIN
(Henny Septirianti)

Namanya Gina. “Tapi kamu panggil aku gigin saja” pintanya. Aku tersenyum melihat dia. Gigin adalah wanita yang baru kenal. Gigin suka sekali berbicara dan ngemil. Dia suka tertawa dan membuat orang tertawa. Dia perempuan ramah. Dan itu menjadi daya tarik dari dalam dirinya.
Aku berkenalan saat sedang duduk duduk di pelataran BKB di pinggiran sungai musi. Sebenarnya aku ke Palembang karena ingin berlibur. Sudah 10 tahun aku tidak pulang ke Palembang. Selama ini aku kerja di luar kota. Mendapat cuti panjang kuputuskan untuk pulang ke kota kelahiranku.
Dan malam ini aku pergi ke BKB karena ingin menikmati pemandangan di sekitar sungai musi. Yah sambil mengenang masa lalu. Dulu aku dan teman-teman suka bermain di sini. Aku pergi sendiri. Sambil menikmati udara segar di sini dan melihat perahu serta kapal yang melewati sungai musi. Sungguh berbeda sekali suasananya saat terakhir kali aku pergi ke sini.
Saat sedang menikmati indahnya malam itu lah tiba-tiba ada perempuan muda duduk di sebelahku. Dia menoleh dan tersenyum. Dia lah Gigin.
“Memang indah yah di sini. Bisa membuat pikiran tenang” kata Gigin
“Ya” jawaku singkat.
Itulah kalimat pertama yang diucapkannya. Setelah itu kami mulai berkenalan dan saling bercerita tentang kehidupan kami. Sebenarya dia lebih mendominasi percakapan kami. Dia bercerita kalau dia baru saja lulus sma tetapi belum berniat untuk kuliah. Karena ia ingin bekerja dulu. Tetapi orang tuanya tidak menyetujuinya. Ia dipaksa untuk kuliah. Karena tidak ingin membuat orang tuanya bersedih, ia akhirnya ikut keinginan orang tuanya.
Sambil makan pempek. Dia juga melanjutkan ceritanya. Sebenarnya dia punya seorang adik yang sangat dimanja oeh orang tuanya. Apapun keinginan adiknya, selalu dipenuhi kedua orang tuanya. Berbeda dengan Gigin yang selalu dibeda-bedakan. Dan itu membuat dia kesal. Jadi karena ingin meminta perhatian lebih dari orang tuanya, dia selalu pulang malam karena tidak betah di rumah. Padahal dia seorang wanita. Karena tingkah lakunya itu, Gigin selalu dimarah.
Ternyata dibalik sikap cerianya, Gigin menyimpan masalah yang pelik. Sebagai seorang teman akupun menasihatinya. Kalau orang tua pasti sayang kepada anknya dan tidak pernah membedakan anak-anak mereka. Mungkin Gigin saja yang suka cemburu dengan adiknya. Dia hanya tersenyum mendengar kata-kataku.
“Aku kan sudah cerita tentang diriku, nah sekarang kakak cerita dong. Biar adil.” Pintanya kepadaku.
Aku tersenyum. Memang lucu kalau melaihat dia cemberut. Lalu aku pun bercerita tentang diriku. Aku sudah lama meninggalkan kota Palembang. Itu karena aku bekerja di luar kota. Aku anak sulung dan menjadi tulang punggung keluarga. Ayahku sudah meninggal. Karena itu aku harus menggantikan posisi ayah. Sebenarnya berat harus berpish dengan keluarga, tapi itu lah resikoku.
Kami merasa sudah sangat dekat. Padahal kami baru berkenalan. Karena hari sudah sore dan Gigin pun ingin pulang. Dan Gigin menyuruh aku untuk berkunjung ke rmahnya sebelum aku ke luar kota. Dia memaksa aku, karena ingin mengenalkan orang tuanya. Merasa tidak enak ku iyakan saja permintaannya. Sebelum pulang Ia memberikan alamat rumahnya. Kamipun berpisah. Dan setelah itu aku tidak pernah bertemu dengannya. Tetapi aku selalu ingat dia.
Setelah dua minggu berlibur, besok sore aku akan ke luar kota, karena cutiku sudah habis. Karena ingat dengan Gigin, kuputuskan pagi ini untuk berkunjung kerumahnya.
Tidak susah mencari rumahnya. Dia mengatakan kalau rumahnya berwarna biru. Setelah setengah jam keliling kompleks, akhirnya aku menemukan rumahnya. Langsung saja kuketuk pintu rumahnya. Keluarlah seorang ibu setengah baya yang ternyata ibu Gigin. Aku mengenalkan diri dan kalau ke sini ingin bertemu dengan Gigin. Karena dua minggu yang lalu aku berkenalan dengan Gigin dan dia pun menyuruhku berkunjung ke rumah.
Mendengar ceritaku ibu Gigin terkejut. Ia langsung menangis. Ibunya bercerita kalau Gigin sudah meninggal satu bulan yang lalu. Ia bunuh diri terjun dari jembatan ampera. Ia marah dengan selalu betengkar dengan orang tuanya, karena tidak tahan akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri.
Aku terkejut. Kakiku lemas. Tidak menyangka ternyata Gigin wanita yang ceria itu sudah meninggal.

HANDPHONE BARU

Karya Sri Idayani




Pelaku:
Bayu sebagai orang tua
Sinta sebagai anak Bayu
Siti sebagai pembantu rumah tangga
Rangga sebagai adik Sinta
Maryam sebagai isteri Bayu


Di sebuah rumah. di teras rumah, duduk di kursi rotan orang tua dan anak perempuannya Sinta.
Sinta : “Pa… Sinta minta dibeliin handphone dong Pa…”
Orang tua : “Handphone kamu kan baru Papa beli bulan kemarin, apa
sudah rusak atau karena ada merk lain yang lebih bagus.”
Sinta : “Iya Pa, Sinta kan mau keluaran baru Pa. lagian teman-teman
udah pada baru semua Hpnya”
Orang tua : “Papa mau belikan Sinta Hp baru. Tapi, ada syaratnya?
Sinta : “Apa Pa syaratnya.”
Orang tua : “Sinta harus lebih rajin lagi belajarnya biar Sinta bisa masuk
Perguruan tinggi”
Sinta : “Oh, itu pasti Pa.”
(tiba-tiba keluar isteri Bayu dengan membawa makanan dan minuman)
Isteri Bayu : “Asyik benar ngobrolnya, memang lagi ngobrolin apaan?”
Orang tua : “Ini Ma,,, Sinta minta dibeliin Hp baru.”
Sinta : “Iya Ma. Bolehkan Ma”
Isteri Bayu : ”Iya boleh. Tapi, belajarnya digiatin lagi biar kamu bisa
masuk perguruan tinggi negeri.”
Orang tua : “Dengerin tuhh, jangan maunya dibeliin Hp melulu. Sambil
Ngeledekin Sinta.”
(Tiba-tiba Rangga pulang dari latihan basket, dengan menyandang tas di punggungnya)
Rangga : “Tumben nih pada ngumpul, rapatin apaan nih? Atau lagi
Nunggu Rangga ya ?”
Sinta : “IHh… Ge-er amat sih, siapa lagi yang nunggu kedatangan
Lho.”
Orang tua : “Gimana latihannya hari ini?”
Rangga : “Ya gitulah Pa, pelatihnya bilang kalau Rangga makin
Bagus latihannya.”
Isteri Bayu : “Bagus itu tingkatin lagi latihannya.”
Rangga : “Rangga mandi dulu Ma… Pa… gerah keringat semua nihh.”
(waktu menunjukkan pukul 11.45 keluar dari dalam rumah pembantu rumah tangga)
Pembantu rumah tangga : “Tuan, Nyonya, Non Sinta. Santap siang sudah Siti siapin
Di meja makan.”
Isteri Bayu : “Iya sebentar lagi kami masuk Siti”
Orang tua : “Sinnn... coba liatin dulu adikmu sudah kelar mandinya
Dia kan lama sekali tuhh,,, mandinya”
Sinta : “Iya Pa. (sambil berlalu dari tempat duduknya menuju
Kamar atas)
Sinta : “Dek… Dek… dipanggilin Mama, Papa tuhh,,, makan
Siang sama-sama.”
Rangga : (dengan bermalas-malasan membuka pintu kamarnya)
Ngapain sihh Kak,,,
Sinta : “Dipanggilin sama Papa Mama. Makan siang sama-sama.
Ditungguin di bawah, cepetan udah laper nihhh”
(di ruang meja makan tampak orang tua, dan isterinya duduk menanti kedua anaknya untuk makan)
Bayu : “loh koq lama banget, coba Ma… panggilin dulu anak-
Anak”
Isteri Bayu : “Iya Pa.. bentar ya Pa. (sambil berlalu menuju kamar atas)
Rangga…. Sinta. Koq lama banget Papa kalian sudah
Nungguin dari tadi tuhhh”
Rangga, Sinta : “Iya Ma. Ini Ma, adek nih diajakin dari tadi ehhh… dia
Malah curhat sama Sinta Ma.”
Isteri Bayu : “Rangga. nanti saja kenapa curhatnya, kan dipanggilin
Untuk makan.”
Sinta : “Syukurin dimarahin tuhhh. Lagian udah dibilangin, Ehhh
Malah ngeyel”
Isteri Bayu : “Sudah… sudah. Kasian tuhh Papamu sudah nungguin dari
Tadi”
(Ketiganya menuju meja makan yang ada di bawah)
Orang tua : “lain kali kalau dipanggilin itu cepetan, masih untungan
Papa kalau teman kalian gimana. Tidak terima digituin
Jadinya kan bisa salah paham nanti”
Rangga : “Iya Pa. memang Rangga yang salah”
Orang tua : “Sudah, makan dulu. Jangan diulangi lagi seperti itu”
Rangga : “Iya Pa.”
(sehabis makan masing-masing keluarga Bayu sibuk dengan aktivitas masing-masing. Rangga dan Sinta belajar di kamar masing-masing, dan Isteri Bayu nonton sinetron kesayangannya di ruang tengah, sedangkan Bayu sendiri asyik dengan pekerjaan kantornya di ruangan khusus.)


(Pagi yang cerah keluarga Bayu dibangunkan oleh kokokan ayam, dan seperti biasanya jam 04.00 subuh mereka sudah bangun semua untuk menjalankan shalat subuh berjamaah. Setelah itu mereka sibuk masing-masing ada yang menyiram bunga di halaman rumah, sedangkan isteri Bayu dan pembantunya sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Dan tepat pukul 07.00, Bayu dan kedua anaknya Sinta dan Rangga mulai beraktivitas.)
Rangga, dan Sinta : “Ma… Rangga pergi sekolah” (berjabat tangan dan mencium
Pipi kiri kanan Mamanya, seperti biasanya kalau mau
Bepergian”
Orang tua : “Papa berangkat Ma. Mama hati-hati di rumah”
Isteri Bayu : “Papa sama anak-anak juga hati-hati di jalan” (sambil
Berjabat tangan dan mencium pipi kanan suaminya)
(deru mobil pun bergema sampai hilang di kelokan jalan Isteri Bayu malihat mobil yang dikendarai suaminya, lalu Ia masuk kembali ke dalam rumah yang besar itu)


(tiba pukul 14.00 Bayu pun ingat bahwa Ia sudah janji pada anaknya untuk membelikan Hp. Tapi, ini tidak adil jika Sinta saja yang akan dibelikan, lalu Ia pergi dari kantornya menuju mall terdekat. Tidak susah juga mencari Hp yang diinginkan Sinta karena counter yang ada di mall itu menjual beraneka Hp. Sudah dapat apa yang dicarinya lalu Bayu pun pulang ke rumah)

(tiba di depan rumah Bayu pun mengklakson, kemudian Siti membukakan pintu pagar)
Orang tua : “Siti apakah Sinta dan Rangga sudah pulang?”
Pembantu rumah tangga : “sudah tuan, sekarang kayaknya lagi tidur siang tuan.”
Orang tua : “Ohh begitu. (masuk ke dalam rumah)
(mendengar Papanya sudah pulang, lalu Sinta pun bangun dari tidurnya, dan bergegas ke kamar mandi cuci muka. Setelah Ia tahu kalau Papanya sedang duduk santai, Ia pun menghampiri Papanya)
Sinta : “udah lama pulangnya Pa. (sambil merayu Papanya)
Orang tua : “gak juga. Siti bilang kalau kamu tidur, koq udah bangun?”
Sinta : “Sinta udah dari tadi tidurnya Pa. kan gak boleh tidur lama-
Lama Pa”
Orang tua : “Udah lama tidur apa ada yang ditunggu?”
Sinta : “Ya. Dua-duanya Pa.”
Orang tua : “Sebentar Papa ambil dulu.” (sambil berlalu menuju ruang
Kerjanya)
Sinta : (senang sekali mendengar apa yang dikatakan Papanya)
Orang tua : (membawa bungkusan) “punya adikmu satu, punyamu satu
Hpnya. Biar nanti tidak ada kecemburuan sosial”
Sinta : (mulai membuka bungkus dan kotak Hp) terimakasih
Banyak ya Pa.(sambil mencium pipi Papanya)
Orang tua : “Tapi harus ingat belajarnya digiatkan lagi biar bisa masuk
Perguruan tinggi negeri.”
Sinta : “Pasti Pa.”

(setahun kemudian, Sinta pun lulus SMA dengan nilai yang cukup baik. Bearti selama ini nasehat orang tuanya menjadi semangat tersendiri baginya, Ia pun lulus dengan nilai yang cukup baik. Dan itu artinya Ia akan masuk perguruan tinggi negeri.)

Palembang, 21 Juni 2010

BAJU MERAH

Sri Idayani


Para Pelaku:
1. Nirmala (korban bencana)
2. Cut Yuniar (dokter puskesmas)
3. Dokter Aziz (dokter puskesmas)
4. Hamidan (Relawan Bencana Alam 1)
5. Kamidan (Relawan Bencana Alam 2)
6. Sultan (baju merah suami Nirmala)

(menggambarkan suasana di ruang puskesmas ada pasien, Nirmala, tergeletak lemah diinfus dengan tubuh penuh luka. Dia ditanyai dokter, perawat, dan dua orang relawan penanggulangan bencan alam)

dokter Aziz : “Sus, kelihatannya korban mulai siuman!” (sambil mendekatkan
senter kecil di kelopak mata Nirmala)
Cut Yuniar : “Apa yang dirasakan? Pusing? Mau muntah? Mau minum? Adik
dari mana?” (sambil mendekat, perawat memberondong pertanyaan karena kesal sejak tadi pasien hanya mengeluh)
Nirmala : “Ugh…ugh!” (mengeluh lagi sambil menggeliat-geliat kencang
sambil tangannya berusaha meraih slang infus)
dokter Aziz : “Saudara menemukan pasien ini di mana? Saya lihat lukanya tidak begitu parah? Tetapi, sejak kemarin belum sadar. Bajunya
compang-camping. Aku jadi curiga. Jangan-jangan, pasien itu..”
Cut Yuniar : “Betul, Dok! Jangan-jangan pasien ini….” (Cut Yuniar tidak
meneruskan kalimatnya. Tangannya mengusap-usap kepala Nirmala.
Hamidan : “Jangan berprasangka negatif dulu, Sus! Saya dan Bang Kamidan
menemukan gadis ini tergeletak dengan luka parah dan baju
compang-camping! Ah, sungguh mengenaskan sekali!” (jawab
Hamidan meyakinkan)
Kamidan : “Ini saya temukan identitas di dompetnya! (sambil menunjukkan
selembar KTP yang masih basah) Ternyata, gadis ini bernama
Nirmala dari Loksumawe!”
dokter Aziz : “Betul Adik bernama Nirmala dari Loksumawe?” (sambil
memegangi tangan Nirmala yang diinfus)
Nirmala : “Augh!....Augh!” (meganggukkan kepala sambil meringis dan
meneteskan air mata )
Cut Yuniar : “Mengapa Dik Nirmala sampai bisa begini? Bagaimana kejadian-
nya? Apa yang terjadi denganmu?”

(Tiba-tiba Nirmala berusaha bangun dan jarinya menunjuk ke jendela begitu melihat sekelebat leki-laki berbaju merah melintas di balik jendela)

Nirmala : “Itu….itu! Aku….Augh! Itu … laki-laki …!” (tiba-tiba Nirmala
Tidak sadarkan diri)
Cut Yuniar : “Kejar!... Kejar laki-laki itu! Ia pasti tahu kejadian yang menimpa
Nirmala!” (sambil menunjuk ke arah seorang laki-laki berbaju
merah berkelebat berlari keluar puskesmas )
Hamidan : “Hei, berhenti!” (Hamidan berlari mengejar laki-laki berbaju
merah)
Cut Yuniar : “Bagaimana? Ketemu Bang?”
Kamidan : “Ah, sial! Orang itu lari di antara pengungsi yang lain!” (sambil
duduk di kursi yang tersedia)
dokter Aziz : “Sus, coba suntik dengan penenang agar pasien ini bisa istirahat
total!”
Cut Yuniar : “Baik, Dok!”
Hamidan : “Menurut saya, biarkan pasien ini dirawat di sini. Kami berdua
akan kembali ke posko. Besok akan kami tengok keadaannya
sembari mencari informasi tentang keluarganya.”
dokter Aziz : “Baiklah kalau begitu!”
Kamidan : “Kami permisi dulu. Besok kami kembali.”

(suasana sal rumah sakit: Nirmala sedang tidur dan diinfus. Di samping duduk di kursi seorang pemuda berbaju merah menunggui sambil meneteskan air mata)

Sultan : “Ya Allah derita apa yang kami alami? Mengapa cobaan ini
menimpa kami? Semua cobaan ini kami kembalikan kepada-Mu
karena Kau-lah yang bisa menolong anak-anakku.” (keluh Sultan
ketika melihat keadaan Nirmala tergolek lemah)

(Tiba-tiba Kamidan, dokter Aziz, Hamidan, dan Cut Yuniar sambil membawa obat masuk ke tempat Nirmala dirawat)

Kamidan : “Kira-kira bagaimana keadaan Nirmala, Dok?”
Hamidan : “Mungkinkah sudah siuman, Dok?”
dokter Aziz : “Mudah-mudahan keadaannya membaik!”
Cut Yuniar : “Itu….! Itu pemuda yang kita cari kemarin! Tahan dia!” (teriak Cut
Yuniar ketika membuka pintu sal tempat Nirmala dirawat)
Kamidan : “Kamu siapa?!” (Tanya Kamidan sambil mendekati laki-laki itu)
Nirmala : “Pak, itu suami saya!” (tiba-tiba Nirmala bangun ketika mendengar
Ribut-ribut tersebut sambil memegangi tangan Hamidan)
Cut Yuniar : “Oh, ini suami Dik Nirmala?” (Tanya Cut Yuniar keheranan )
Sultan : “Betul, Sus!”
Nirmala : “Perkenalkan, saya Hamidan. Ini teman saya, Kamidan. Itu dokter
Aziz dan suster Nirmala!” (sambil menjabat tangan Sultan dan
memperkenalkan teman-temannya)
dokter Aziz : “Bagaimana kejadiannya hingga Nirmala jadi begini? Mengapa
Anda meninggalkan isteri yang terluka parah?”
Cut Yuniar : “Mengapa kemarin Anda berlari ketika kami kejar untuk dimintai
Keterangan?”
Sultan : “Maafkan saya. Kemarin saya…..”
Nirmala : “Bagaimana keadaan keluarga kita? Mana kedua anak kita Bang?”
(tiba-tiba Nirmala bertanya kepada suaminya)
Sultan : “Maafkan aku, Dik!” (sambil memeluk Nirmala dan menangis)
Nirmala : “Ya Allah! Di mana kau Bilal dan Nurma? (tangis Nirmala pun
meledak) Ya Allah mengapa Kau-ambil kedua anakku? Mengapa
tidak aku saja!”(suasana di ruangan itu haru biru diliputi kesedihan
mendalam begitu mendengar kejadian yang sebenarnya)
dokter Aziz : “Bagaimana kejadiannya?” (setelah keadaan agak mereda)
Sultan : “Minggu pagi tanggal 26 Desember 2004 itu kami sekeluarga
sedang menikmati sarapan pagi di ruang tengah. Tiba-tiba terjadi
gempa bumi cukup hebat. Kamipun berhamburan keluar rumah.
saya menggendong Bilal, sedangkan Dik Nirmala menggendong
Nurma!” (jelas Sultan sambil menggigit bibir karena menahan
kepedihan amat dalam) “setelah guncangan gempa itu reda, tiba-
tiba dari arah pantai orang berteriak-teriak air!....air! Ketika
diterjang bah tsunami, kami berempat pun saling berangkulan.
Selanjutnya, kami terseret air bersama bangunan, pohon, mobil,
dan bahan-bahan lain. Dik Nirmala dan kedua anak saya menjerit-
jerit ketakutan karena timbul tenggelam dan tertabrak benda-banda
yang terseret air.”
Nirmala : “Oh, Bilal dan Nurma di mana kamu berdua?” (tiba-tiba Nirmala
menjerit begitu mengingat saat-saat terseret bersama kedua
anaknya)
Sultan : “Tidak lama kemudian arus air yang menyeret kami menabrak
bangunan bertingkat. Kedua anak kami terlempar entah kemana.
Saya dan isteri pingsan dan tenggelam. Setelah itu saya tidak
tidak ingat apa-apa lagi!”
Nirmala : “Jadi… jadi anak kita sudah….!” (tiba-tiba Nirmala pingsan dan
Cut Yuniar pun segera menolongnya)
Sultan : “Ketika siuman, saya mendapati Dik Nirmala tergeletak tidak sadar
kan diri di dahan pohon agak besar dengan baju compang-
camping. Dengan tenaga yang tersisa, saya membawa Dik Nirmala
ke puskesmas ini agar memperoleh pertolongan. Kemudian, saya
mencari kedua anak saya yang sampai sekarang ini hilang entah
ke mana.”
dokter Aziz : “Mengapa Anda kemarin berdiri di depan jendela itu?”
Sultan : “Maaf! Kemarin saya ke sini untuk memastikan keselamatan Dik
Nirmala. Kemudian, saya kembali mencari Bilal dan Nurma. Dan,
sampai kini pun….. kedua anak itu belum ketemu!’
dokter Aziz : “Sudahlah! Yang penting isteri Anda selamat! Semoga, kedua anak
Anda ketemu!”

Ayam Kampus Bertaubat Menjelang Sakaratul Maut

Nama : Amalia sari
Nim : 2007112111
Kelas : 6.c



Ayam Kampus Bertaubat menjelang sakaratul Maut

Disalah satu universitas swasta di kota palembang ada seorang mahasiswa wanita yang bekerja sambilan menjadi seorang pelacur sebut saja rina wanita belia ini anak seorang tukang cuci dan ayahnya telah lama meninggal dunia, demi mencukupi kehidupan dan kuliahnya dia rela menjual diri. Malam hari sehabis pulang dari kuliah diapun mulai menjajahkan dirinya menjadi wanita panggilan di daerah plaju.
Rina : ” Malem om ada yang bisa saya bantu ?” ( dengan berpakaina seksi serta berrok pendek dia mulai merayu pria-pria hidung belang dan di stopkannya sebuah mobil bermerek bmw)
Hartono : ”Ya boleh cantik apakah mau menemani saya malam ini dan Berapa tarif kamu satu malam ?”
Rina : Boleh om nanti saya temani. Satu malamnya satu juta , om mau nggak ?
Hartono : ”Oke saya mau, tapi kamu harus memuaskan saya ya!”
Rina : ” Sip om di jamin puas”
Hartono : ”Di mana sayang om sudah nggak tahan lagi ?”
Rina : ”Ya kita ke hotel saja om enaknya di hotel berbintang atau hotel biasa saja ?”
Hartono : ”Oke cantik ayo cepat naik mobil om ”( rinapun masuk ke dalam mobil mewah itu dengan berpakaian yang seksi menambah gairahnya untuk cepat melakukan hubungan seks)
Rina : Ya om....( sambil tersenyum menatap laki-laki hidung belang yang tidak lain berumur serperti ayahnya dan akhirnya sampailah rian bersama laki-laki hidung belang itu di hotel berbintang di salah satu jalan tangga buntung yang tidak berjauhan dengan kambang ikan)
Hartono : Sayang kita sudah sampai cepatlah keluar
Rina : Ya om...
(Sesampainya di hotel berbinteng itu rina dan laki-laki hidung belang itu masuk ke kamar 301 dan dia melakukan hubungan suami istri yang sudah jelas di larang agama karena tidak ada ikatan suami istri. Malam telah larut waktu telah menunjukkan jam dua pagi rina pun di stopkan laki-laki hidung belang itu di pinggir jalan makrayu yang telah sepih dengan kendaraan roda dua dan empat, dan sampailah dia di rumahnya dengan badan yang bau alkohol dia pun mengetuk pintu rumahnya tampak seorang wanita parubaya yang tidak lain ibu kandungnya.
Sumartini : ” Rina dari mana saja kamu nak kenapa pulang larut malam sekali, bukanya kamu tadi pagi kuliah dan sudah pasti siang hari sudah pulang. Apa yang kamu kerjakan nak pulang larut malam seperti ini ?”
Rina : ( Dengan badan yang bercampur bau alkohol dia pun memarahi wanita tua ini yang tidak lain ibu kandungnya sendiri ) ” Saya kerja ibu jangan
pulang larut malam juga demi mencari uang untuk biaya hidup kita, sudahlah ibu tidak usah banyak tanya saya capek mau tidur !”
Suamartini : ( Sambil menangis melihat tingkah laku anaknya yang kian hari makin
Memburuk akibat tingkah lakunya yang sering pulang larut malam dan
Mabuk ) dan dia berkata ” Istirahatlah anakku”
Keesokan harinya rian pun kembali aktivitasnya dengan badan, dan bergegas utuk bersiap-siap kuliah dengan dandanan menor bersepatu hak tinggi dan baju seksi. Seperti biasa sehabis pulang kuliah dia bekerja menjadi wanita panggilan.
Rina : ” Malem om ganteng mau di temani nggak ?”( sambil menstopkan sebuah mobil mewah )
Toni : ” Boleh cantik kamu seksi ya...sayang, berapa tarif kamu satu malam ?”
Rina : ” Murah aja om satu juta satu malam mau nggak?”
Toni : ” Wah mahal sekali sayang, bisa di turuni nggak harganya ?”
Rina : ” Ya boleh dec om buat kamu apa sic yang nggak !”
Toni : ” Ayo masuk ke mobil om !”
Rina : ” Oke Om...”( Seperti biasa tanpa ragu dia melakukan perbuatan tercela
Itu lagi, rina pun pulang larut malam lagi dengan mabuk dia menelusuri jalan raya hingga dia menyebrang jalan lalu tertabrak mobil. Rina pun terguling di pinggir jalan raya tak berdaya. Ada seorang laki-laki tua penjaga satpam yang menyelamatkanya lalu rian di bawa ke rumah sakit .
Dan di kabarialh ibunya bahwa anaknya tertabrak mobil dan di rawat di rumah sakit umum. Dilihatnya anaknya koma dia pun sangat sedih dan melihat nasib tragis melanda anaknya. Kemudian dokterpun datang ke ruangan tempat rian terbaring.
Dokter : ”Selamat pagi, ibu orang tua wanita ini ?”
Sumartini : ” Ya dokter bagaimana keaadaan anak saya ?”
Dokter : ” Pasien ini dalam kondisi kritis mungkin hanya mukzizat allah yang dapat menolongnya ”
Sumartini : ” Tolong selamatkan anak saya dokter !”
Dokter :” Bu saya akan berusaha semaksimal mungkin membantu anak ibu tapi semua itu balik lagi ke allah ”
Sumartini : ” Ya dokter semoga allah menyelamatkan anak saya ”( Dengan sabar wanita tua ini pun menunggui anaknya sambil sering sholat dia pun tiap waktu mendoakan anaknya agar bisa siuman dan sehat kembali dan tiga bulan kemudian rina pun tersadar dari komanya)
Rina : ” Ibu maafkan saya ” ( sambil menangis rina menceritakan sejujurnya bahwa dia selama ini bekerja menjadi pelacur dan berbohong kepada ibunya dengan nafas tersengau-sengau menjelang sakaratul mautnya dia pun memegang serta menatap ibunya memohon maaf segala kesalahannya)
Sumartini :”Anakku ibu sudah lama memaafkanmu nak dan seharusnya kamu meminta maaf kepada Allah ( sambil menangis)
Rina : ( Nafasnya pun mulai terdengar sesak seakan maut telah menjeputnya di
Depan mata dan dia menghebuskan nafa terakhirnya dan dia bertaubat sambil mengucap) ” Ashaduallah illahaillallah waasyaduana muhamadarrasullullah”
Sumartini : ”Rina anakku......innalilahi wainnalilahi rojiun”