Selasa, 06 Juli 2010

Perjuangan Diujung Pena

Cerpen
Oleh : Erna Yuliana
(Mahasiswi Univ.PGRI PLG, Semester 6C)


Diterik mentari yang bersinar terang mengagungkan kehidupan yang indah, jembatan berdiri dengan kokoh melambangkan sebuah kota yang megah, berisikan barisan mobil berjejer dengan rapi. Inilah yang nampak dari kehidupan kota yang megah menggambarkan kehidupan negara yang sejahtera, namun tak pernah terlihat sosok tubuh mungil dibalik barisan besi yang membawa Koran dan menjajakkan barang dagangannnya.
“Koran….korannnn…Koran pak? Ada berita baru terhangat pak” begitulah teriakan cempreng dari tubuh mungil itu. Dengan lembut Budi membujuk para pengemudi susunan besi itu. Beginilah kehidupan yang selalu dilalui oleh Budi seorang pelajar dari sebuah sekolah yang terkemuka. Disela-sela waktunya untuk bermain dia habiskan dengan berjualan Koran, kehidupan dibawah garis kemiskinan memaksanya menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja. “Korann…koran Pak? ” Namun tak ada yang menjawab teriakannya, suasana terik terus membuat tubuh kecilnya mendi keringat. “Budi istirahat dulu!” mendengarkan suara itu ia menoleh kebelakang, matanya mencirik sekeliling mencari sumber suara, melihat sosok tubuh itu segeralah bergegas Budi menghampirinya. “Ya…mpok. Ada apa mpok?” kamu nggak sekolah Budi? Ini kan sudah jam 12.” “Ya..mpok..makasih udah ngingetin” (sahut Budi), ingatlah Budi perihal sekolahnya, ia segera meletakkan barang dagangannya di warung Mpok Atik yang tak lain adalah tetangga sebelah rumahnya yang sangat peduli dengan Budi, karena ia juga sudah menganggap Budi sebagai anaknya sendiri. Kebetulan Mpok Atik juga berjualan disekitar pinggiran jalan tempat Budi menjajakkan korannya. Budi berlari menuju gubuk tua disela-sela megahnya bangunan mewah. Untuk mengganti pakaian dengan seragam putih abu-abunya. Tak lama Budi pun sudah rapi dan segera berangkat ke sekolahnya. Disekolah Budi tergolong anak yang pintar sampai ia mendapat beasiswa dari pmerintah hingga ke jenjang Perguruan Tinggi, walaupun ia hanya pedagang Koran ia bangga dan tak pernah merasa malu karena ia dapat membiayai keluarganya dari hasil menjual Koran. Semua orang saying dan bangga dengan Budi dan keuletannya. Tak hanya menjual Koran saja, tapi Budi sangat rajin membaca Koran-koran yang ia jual sehingga ia selalu tahu perkembangan yang ada dan informasi-informasi yang menambah pengetahuannya. Pengorbanan Budi tak sia-sia karena sekarang Budi telah berhasil menjadi orang sukses di dunia bisnis. Budi sekarang menjadi pengusaha Koran yang hebat. Banyak cabang nya yang telah ia kembangkan. Bahkan sekarang Budi menjadi tulang punggung bagi keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar