Jumat, 25 Juni 2010

BAJU MERAH

Sri Idayani


Para Pelaku:
1. Nirmala (korban bencana)
2. Cut Yuniar (dokter puskesmas)
3. Dokter Aziz (dokter puskesmas)
4. Hamidan (Relawan Bencana Alam 1)
5. Kamidan (Relawan Bencana Alam 2)
6. Sultan (baju merah suami Nirmala)

(menggambarkan suasana di ruang puskesmas ada pasien, Nirmala, tergeletak lemah diinfus dengan tubuh penuh luka. Dia ditanyai dokter, perawat, dan dua orang relawan penanggulangan bencan alam)

dokter Aziz : “Sus, kelihatannya korban mulai siuman!” (sambil mendekatkan
senter kecil di kelopak mata Nirmala)
Cut Yuniar : “Apa yang dirasakan? Pusing? Mau muntah? Mau minum? Adik
dari mana?” (sambil mendekat, perawat memberondong pertanyaan karena kesal sejak tadi pasien hanya mengeluh)
Nirmala : “Ugh…ugh!” (mengeluh lagi sambil menggeliat-geliat kencang
sambil tangannya berusaha meraih slang infus)
dokter Aziz : “Saudara menemukan pasien ini di mana? Saya lihat lukanya tidak begitu parah? Tetapi, sejak kemarin belum sadar. Bajunya
compang-camping. Aku jadi curiga. Jangan-jangan, pasien itu..”
Cut Yuniar : “Betul, Dok! Jangan-jangan pasien ini….” (Cut Yuniar tidak
meneruskan kalimatnya. Tangannya mengusap-usap kepala Nirmala.
Hamidan : “Jangan berprasangka negatif dulu, Sus! Saya dan Bang Kamidan
menemukan gadis ini tergeletak dengan luka parah dan baju
compang-camping! Ah, sungguh mengenaskan sekali!” (jawab
Hamidan meyakinkan)
Kamidan : “Ini saya temukan identitas di dompetnya! (sambil menunjukkan
selembar KTP yang masih basah) Ternyata, gadis ini bernama
Nirmala dari Loksumawe!”
dokter Aziz : “Betul Adik bernama Nirmala dari Loksumawe?” (sambil
memegangi tangan Nirmala yang diinfus)
Nirmala : “Augh!....Augh!” (meganggukkan kepala sambil meringis dan
meneteskan air mata )
Cut Yuniar : “Mengapa Dik Nirmala sampai bisa begini? Bagaimana kejadian-
nya? Apa yang terjadi denganmu?”

(Tiba-tiba Nirmala berusaha bangun dan jarinya menunjuk ke jendela begitu melihat sekelebat leki-laki berbaju merah melintas di balik jendela)

Nirmala : “Itu….itu! Aku….Augh! Itu … laki-laki …!” (tiba-tiba Nirmala
Tidak sadarkan diri)
Cut Yuniar : “Kejar!... Kejar laki-laki itu! Ia pasti tahu kejadian yang menimpa
Nirmala!” (sambil menunjuk ke arah seorang laki-laki berbaju
merah berkelebat berlari keluar puskesmas )
Hamidan : “Hei, berhenti!” (Hamidan berlari mengejar laki-laki berbaju
merah)
Cut Yuniar : “Bagaimana? Ketemu Bang?”
Kamidan : “Ah, sial! Orang itu lari di antara pengungsi yang lain!” (sambil
duduk di kursi yang tersedia)
dokter Aziz : “Sus, coba suntik dengan penenang agar pasien ini bisa istirahat
total!”
Cut Yuniar : “Baik, Dok!”
Hamidan : “Menurut saya, biarkan pasien ini dirawat di sini. Kami berdua
akan kembali ke posko. Besok akan kami tengok keadaannya
sembari mencari informasi tentang keluarganya.”
dokter Aziz : “Baiklah kalau begitu!”
Kamidan : “Kami permisi dulu. Besok kami kembali.”

(suasana sal rumah sakit: Nirmala sedang tidur dan diinfus. Di samping duduk di kursi seorang pemuda berbaju merah menunggui sambil meneteskan air mata)

Sultan : “Ya Allah derita apa yang kami alami? Mengapa cobaan ini
menimpa kami? Semua cobaan ini kami kembalikan kepada-Mu
karena Kau-lah yang bisa menolong anak-anakku.” (keluh Sultan
ketika melihat keadaan Nirmala tergolek lemah)

(Tiba-tiba Kamidan, dokter Aziz, Hamidan, dan Cut Yuniar sambil membawa obat masuk ke tempat Nirmala dirawat)

Kamidan : “Kira-kira bagaimana keadaan Nirmala, Dok?”
Hamidan : “Mungkinkah sudah siuman, Dok?”
dokter Aziz : “Mudah-mudahan keadaannya membaik!”
Cut Yuniar : “Itu….! Itu pemuda yang kita cari kemarin! Tahan dia!” (teriak Cut
Yuniar ketika membuka pintu sal tempat Nirmala dirawat)
Kamidan : “Kamu siapa?!” (Tanya Kamidan sambil mendekati laki-laki itu)
Nirmala : “Pak, itu suami saya!” (tiba-tiba Nirmala bangun ketika mendengar
Ribut-ribut tersebut sambil memegangi tangan Hamidan)
Cut Yuniar : “Oh, ini suami Dik Nirmala?” (Tanya Cut Yuniar keheranan )
Sultan : “Betul, Sus!”
Nirmala : “Perkenalkan, saya Hamidan. Ini teman saya, Kamidan. Itu dokter
Aziz dan suster Nirmala!” (sambil menjabat tangan Sultan dan
memperkenalkan teman-temannya)
dokter Aziz : “Bagaimana kejadiannya hingga Nirmala jadi begini? Mengapa
Anda meninggalkan isteri yang terluka parah?”
Cut Yuniar : “Mengapa kemarin Anda berlari ketika kami kejar untuk dimintai
Keterangan?”
Sultan : “Maafkan saya. Kemarin saya…..”
Nirmala : “Bagaimana keadaan keluarga kita? Mana kedua anak kita Bang?”
(tiba-tiba Nirmala bertanya kepada suaminya)
Sultan : “Maafkan aku, Dik!” (sambil memeluk Nirmala dan menangis)
Nirmala : “Ya Allah! Di mana kau Bilal dan Nurma? (tangis Nirmala pun
meledak) Ya Allah mengapa Kau-ambil kedua anakku? Mengapa
tidak aku saja!”(suasana di ruangan itu haru biru diliputi kesedihan
mendalam begitu mendengar kejadian yang sebenarnya)
dokter Aziz : “Bagaimana kejadiannya?” (setelah keadaan agak mereda)
Sultan : “Minggu pagi tanggal 26 Desember 2004 itu kami sekeluarga
sedang menikmati sarapan pagi di ruang tengah. Tiba-tiba terjadi
gempa bumi cukup hebat. Kamipun berhamburan keluar rumah.
saya menggendong Bilal, sedangkan Dik Nirmala menggendong
Nurma!” (jelas Sultan sambil menggigit bibir karena menahan
kepedihan amat dalam) “setelah guncangan gempa itu reda, tiba-
tiba dari arah pantai orang berteriak-teriak air!....air! Ketika
diterjang bah tsunami, kami berempat pun saling berangkulan.
Selanjutnya, kami terseret air bersama bangunan, pohon, mobil,
dan bahan-bahan lain. Dik Nirmala dan kedua anak saya menjerit-
jerit ketakutan karena timbul tenggelam dan tertabrak benda-banda
yang terseret air.”
Nirmala : “Oh, Bilal dan Nurma di mana kamu berdua?” (tiba-tiba Nirmala
menjerit begitu mengingat saat-saat terseret bersama kedua
anaknya)
Sultan : “Tidak lama kemudian arus air yang menyeret kami menabrak
bangunan bertingkat. Kedua anak kami terlempar entah kemana.
Saya dan isteri pingsan dan tenggelam. Setelah itu saya tidak
tidak ingat apa-apa lagi!”
Nirmala : “Jadi… jadi anak kita sudah….!” (tiba-tiba Nirmala pingsan dan
Cut Yuniar pun segera menolongnya)
Sultan : “Ketika siuman, saya mendapati Dik Nirmala tergeletak tidak sadar
kan diri di dahan pohon agak besar dengan baju compang-
camping. Dengan tenaga yang tersisa, saya membawa Dik Nirmala
ke puskesmas ini agar memperoleh pertolongan. Kemudian, saya
mencari kedua anak saya yang sampai sekarang ini hilang entah
ke mana.”
dokter Aziz : “Mengapa Anda kemarin berdiri di depan jendela itu?”
Sultan : “Maaf! Kemarin saya ke sini untuk memastikan keselamatan Dik
Nirmala. Kemudian, saya kembali mencari Bilal dan Nurma. Dan,
sampai kini pun….. kedua anak itu belum ketemu!’
dokter Aziz : “Sudahlah! Yang penting isteri Anda selamat! Semoga, kedua anak
Anda ketemu!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar