Selasa, 22 Juni 2010

Kerja Kerasku Menyambung Hidup Keluargaku

Cerpen ke-4

Nama : Rika Ariyani
Nim : 2007112116
Kelas : 6.C

Tema : kerja keras seorang gadis yang membahagiakan keluarganya.
Amanat : agar membuahkan hasil yang baik haruslah berupaya keras dalam bekerja agar mendapatkan yang terbaik.



Sejak masih duduk dibangku SMA. Aku mungkin berbeda dengan seperti anak yang lain sehabis pulang sekolah langsung pulang kerumah tetapi aku sangat berbeda dengan mereka. Saat pulang sekolah aku bekerja sambilan kerumah tetangga untuk menganyam sebuah kerajinan tangan, seperti tikar, tas, topi dll. Alhamdulilah uang tidak beberapa banyak diperoleh, namun hasil dari itu aku menyisihkan untuk menabung dan kadang untuk tambahan membantu keluarga. Aku terlahir dari keluarga sederhana yang tinggal di desa Mekar Sari, Jawa barat. Ayahku seorang buruh tani sedangkan ibu mengurusi rumah tangga, aku mempunyai dua saudara yang masih sekolah. Dimana kehidupan kami sekarang ini masih sulit bisa makan saja kami sangat bersyukur dan kami bertiga tidak pernah mengeluh dengan keadaan seperti ini. Setelah menyelesaikan sekolah. Dalam benakku ini aku ingin melanjutkan kuliah, namun lagi-lagi terbentur oleh biaya yang menjadi beban pikiranku dan aku tahu pasti ayah tidak mampu membiayaiku apalagi belum adik-adik masih sekolah. Disaat aku sedang membaca buku dikamar tiba-tiba ibu memanggilku.
“Ayu,……?” Sambil mengetuk pintu.
“ya, bu…..?” segera cepat-cepat membuka pintu kamar.
“ada bibimu datang dari Palembang. Ingin ketemu sama kamu,nak cepatlah kesana…?”.
“ya, bu nanti aku kesana….?” Rasa bahagia terpancar telah lama tidak pernah ketemu.
Aku keluar kamar dan menemui bibiku di ruang tamu yang berukuran kecil. sampai disana aku menyalami bibiku dan merasa senang sekali bibiku berkunjung kerumahku dan bibi Ros itulah namanya yang merupakan salah satu keluarga dari ibu yang dibilang paling berada daripada keluarga yang lain terutama kami. Dan dia sering membantu kehidupan kami jika kami dalam kesusahan. Dengan ikhlas bibi membantu kami, namun sayang walaupun dia telah memiliki apa ia punya tetapi ada yang belum dimilikinya, yaitu seorang anak yang belum dikarunianya.
“Yu, aku dengar dari ibumu kamu mau kuliahnya…..?”. sejenak menatap keponakannya.
“Ya, bik. Aku ingin melanjutkan kuliah di palembang tapi gak ada uang….!”. wajahnya yang tertunduk lesu.
“Yu. Bibi sama kedua orangtuamu sudah membicarakan soal itu dan mereka menyesetujui kalau kamu ingin kuliah. Ntar bibi yang akan membiayai keseluruhan biaya kuliahmu. Karena ayu telah bibi anggap sebagai anak sendiri…”.
“gak usah bi, ntar ngerepoti dan apalagi bibi telah banyak membantu keluarga kami selama ini..?”. serentak menolak secara halus.
“gak, apa-apa yu. Karena bibi udah janji memang ingin membiayai kamu dan apalagi bibi di palembang sendiri dirumah karena suami bibi sering berangkat keluar kota, ntar kamu kuliahnya tinggal di tempat bibi….!”. Dengan menyakinkan.
“baiklah, bik kalau begitu ayu mau…?”. Dimana rasa kebahagian yang tak terucapkan.
Pagi itu rasa berat rasanya untuk meninggalkan keluargaku yang aku cintai. Sebelum aku ikut bibi yang telah menunggu aku dimobilnya. Aku berpamitan untuk menyalami kedua orangtuaku dan menciumi adik-adikku, rasa sedih tak terbendung lagi harus berpisah dari mereka. Ayah dan ibu memberi pesan agar aku bisa menjaga diri baik-baik disana, mandiri dan membantu bibi dan karena aku tahu suami bibi seorang pengusaha dan sering berpergian ke luar kota untuk urusan kerja sedangkan bibi bekerja di sebuah perusahaan terkenal di palembang . Terlihat wajah ibuku meneteskan airmata dan aku langsung memeluknya dan kami berdua saling bertangisan. Selesai dari itu aku langsung masuk mobil dan didalam mobil aku berdoa agar apa yamg kuraih disana bisa membantu keluargaku nanti dan bisa mengubah kehidupan yang baru. Mobil melaju kencang meninggakan desa Mekar Sari.
“yu, ntar kamu mengambil jurusan apa….?”.
“aku mau mengambil jurusan akuntasi, bik….”.
“bagus, kalau begitu, bibi senang kamu ambil jurusan itu…”.
“mangnya ngapa bik kalau ngambil jurusan itu….?”. rasa penasaran yang kuat.
“di kantor tempat bibi kerja, nanti mencari seorang sarjana tamatan jurusan itu dan apalagi bibi lihat kamu orangnya pintar….?”.
“duh…., kalau begitu aku mau bekerja ditempat bibi nanti kalau udah menyelesaikan kuliah…?”. Dengan semangatnya.
“ya, udah kalau begitu belajar yang rajin-rajinnya, yu dan ntar bibi masukin kamu ketempat bibi bekerja kalau udah tamat kuliah…?”. Mengelus rambut keponakannya dengan penuh kasih sayang.
Kuliah berjalan dengan lancar sebentar lagi akan tamat dan apalagi dikampus aku dibilang mempunyai prestasi yang membanggakan. Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba bahwa aku dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Airmataku mulai mengalir saat aku melihat kedua orangtuaku,adik-adikku, dan tidak lupa bibi yang selalu setia mendampingiku dalam wisuda yang telah banyak membantuku sampai aku menjadi sekarang ini dan tidak ada kata-kata yang bisa aku ucapankan kepadanya yang bisa aku ucapkan terima kasih besar kepada bibiku.
Seperti janjinya, bibiku memperkerjakan aku di sebuah kantor tempat kerjanya. Jabatan ku tak tanggung-tanggung aku diberi percaya oleh bibi menjadi seorang sektaris dikantor. Karena bibi Ros sudah lama bekerja disana dan semua orang tempat kerjanya percaya kepadanya terutama bosnya. Di tempat kerja semua rekan kerja sangat senang dengan kerjaan ku dan apalagi aku bisa menyelesaikan keuangan dalam perusahaan dan sekali-sekali aku sering mendampingi bos untuk urusan kerja diluar kota.
“Yu, nanti jam 1 siang kita akan mengadakan rapat. ntar bawa berkas-berkas penting yang kamu buat tadi di ruangan rapat ya…..?”. teman rekan kerjanya memberi tahu.
“ya…., ntar aku kesana.?”. sambil menyusun berkas-berkas yang terletak di atas meja.
Ruangan kantor telah duduk rekan-rekan kerja, ada bibi Ros dan terutama bos yang memimpin dalam sebuah rapat. Aku duduk dibarisan kedua mendampingi bos sambil memegang pena apabila ada sesuatu yang perlu dicatat. Aku mendengar keseriusan dalam rapat itu membahas tentang grafik penarikan dan penurunan barang akan diekspor keluar negeri. Jarum jam berjalan terus menunjukkan pukul 3.30 wib. Hari mulai sore tetapi kadang aku pulang malam karena masih menyelesaikan kerjaan yang belum terselesaikan yang besok harus diserahkan kepada bos.

Sesibuk apapun aku selalu teringat keluargaku dan aku selalu mendoakan mereka agar keadaan mereka baik-baik disana dan akupun selalu mengirimkan mereka uang untuk bisa menyambung hidup dan agar adik-adikku masih tetap bisa bersekolah. Rasa kangen selalu menghantuiku untuk menemui mereka kadang kusempatkan pada hari minggu untuk pulang kedesa. Hasil kerja kerasku ini alhamdulilah telah membuah hasil karena aku telah bisa membeli rumah di palembang dan sebentar lagi aku akan membawa keluargaku untuk tinggal dirumah baruku yang sebentar lagi akan selesai dibangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar