Selasa, 22 Juni 2010

JALANKU”

Embun yang jatuh dari rimbunan daun menunjukkan dinginnya desa itu, tetapi tidak untuk Syerli karena kesejukan alam yang masih alami membuatnya betah. Dibandingkan dengan kehidupan kota yang semeraut udaranya kotor sudah terjamah oleh asap-asap pabrik maupun asap kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan ibu kota. Syerli duduk di teras rumahnya sambil membaca majalah, karena asiknya membaca sampai ada yang menegur tak didengar lagi. “asik benar yang lagi baca, dipanggil-panggil tidak menyahut”. Kak Reza ngomentarin aku yang asik membaca, dengan wajah yang bersemu merah aku berkata langsung nyelonong “kak Reza… Sorry kak Syerli keasikan bacanya” dengan siapa kak ?. Rupanya kak Reza tidak sendirian ada seseorang cowok di belakangnya. Nih Syer… kenalin teman kakak, lalu aku pun berjabat tangan dengan cowok tersebut. Syerli kataku dan Ia menyebutkan namanya Pirman katanya, itulah awal pertama aku kenalan dengan Pirman. Wajahnya enak dipandang karena perawakannya hitam manis gitu, badannya tidak terlalu tinggi juga tidak pendek sedanglah untuk tipe cowok zaman sekarang. Dari awal kenalan itu rupanya Pirman sering menanyakan aku pada kak Reza tetanggaku yang rumahnya tidak begitu jauh dengan rumahku.
Hari yang indah bagiku, suatu hari aku bersama adik-adikku pesta jagung rebus di teras rumah. Kebetulan ada tetangga yang panen jagung, dan adik-adikku ikut memanen dan sebagai tanda terimakasih kami diberi oleh tetangga. Waktu kami lagi asik pesta jagung Pirman datang, Ia datang sendiri tanpa kak Reza. Aku dan Pirman duduk dan adik-adikku masuk ke dalam rumah, lama sekali aku dan Pirman saling diam tak ada sepatah kata yang keluar dari kami. Karena kami baru pertama kali duduk bersama-sama entah karena perasaan malu atau apa, aku pun memberanikan diri mulai membuka pembicaraan aku pikir tak ada baiknya diam-diaman. Pirman dari desa mana ? Syerli gak pernah liat Pirman di kampung ini.. “dari kampung sebelah” Pirman menjawab, empat tahun belakangan ini Pirman di Jogja kulyah di sana tapi sekarang alhamdulilah udah selesai. Emangnya Pirman ambil jurusan apa di Jogja ? ambil jurusan kesehatan. Jadi, statusnya sekarang dokter dong !!! Iya Syer… tapi sekarang lagi bingung apa mau ambil praktek apa mau di tempatkan di rumah sakit.
Seminggu berlalu dari pertemuan Aku dan Pirman, sudah lama aku menunggu kedatangan Pirman tetapi yang di tunggu tak datang juga. Kak Reza bilang kalau Pirman lagi ke luar kota untuk mengurus ijazah-ijazahnya yang masih ketinggalan di sana, tapi Pirman kabarnya mau buka praktek di rumahnya karena di kampungnya jauh dari puskesmas ataupun rumah sakit. Aku senang sekali mendengar berita yang aku dapat akhirnya aku bisa dekat dengan Pirman, entah ada perasaan apa semenjak kedatangannya itu selalu ada perasaan ingin bertemu seperti dilanda rasa rindu setiap harinya. Apakah aku jatuh cinta pada Pirman ? Ahhh…. Itu hanya perasaan ku saja, aku malu jika perasaan ini aku katakan pada Pirman.
Malam minggu yang bahagia bagiku karena Pirman kembali datang ke rumah aku pun tak menduga sebelumnya, aku kira Pirman masih berada di Jogja. Aku bersama keluargaku nonton tv di ruang tengah, dan pintu di ketok berapa kali. Aku berlalu dari tempat duduk ku bukakan pintu, Aku sangat terkejut melihat Pirman ada di teras rumah ku suruh Pirman masuk duduk di ruang tamu. Ibu memenggilku dari dalam, siapa Syer… ??? ini Bu… kak Pirman. Buatin minum dong, tiba-tiba Ibu pun menghampiri. Iya Bu.. tumben
Tumbenan nak Pirman ke rumah. Aku pun ke dalam buatin minuman, Pirman tinggalin bentar ya,,, banyak cerita Pirman padaku mengenai pengalaman-pengalaman waktu kulyahnya. Ternyata perasaan Pirman hampir sama dengan apa yang aku rasakan selama ini, malam minggu itu menjadi sejarah bagi hidupku karena Pirman menyatakan cintanya aku pun menerimanya. Hari-hari indah selalu menemaniku, Pirman sering ke rumah dan kami berdua juga jalan-jalan menikmati pemandangan alam nan indah.
Setahun kami menjalin kasih Pirman akhirnya melamarku dan kami pun menikah, kami tinggal di rumah Pirman karena Ibunya tinggal sendiri dan Ayahnya berapa bulan lalu meninggal. Aku dan Pirman mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan, kamipun hidup bahagia dengan dibumbui ribut-ribut kecil antara Aku dan Pirman dan itu tidak berlangsung lama. Pirman juga sering ke kota karena ada panggilan untuk mengoperasi pasiennya dari rekan dokternya di sana.


Karya Sri Idayani
Palembang 10 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar