Selasa, 22 Juni 2010

BUNGA MATAHARI ARA

Cerpen ke-4

(Henny Septirianti)

Langit berwarna biru cerah. Matahari seakan tersenyum memancarkan sinarnya. Di taman itulah menjadi saksi bisu kesedihan Ara. Seorang wanita muda duduk sendiri di bawah pohon pinus. Dia begitu takjub melihat bunga-bunga indah di sana. Bergoyang bersama tanpa lelah. Bunga-bunga itu selalu tersenyum. Tak ada sedikitpun gurat kesedihan. Ara iri dengan mereka. Kenapa Ara tidak bisa menjadi bunga yang bebas. Yang tidak perlu bersedih. Yang selalu tersenyum menghadapi hari-harinya.
Sudah dua jam, Ara disana. Dia masih betah melihat bunga itu. Lamunannya tertuju kepada seorang lelaki. Seseorang yang dulu selalu bersamanya saat duka maupun suka. Yang menghangatkan hari-harinya dengan senyum dan kasih sayangnya. Tapi kini lenyaplah sudah. Tak ada lagi sosok pria itu disisinya. Pria itu telah pergi meninggalkan Ara. Dan semua karena kesalahan Ara.
Dulu sebelum mengenal Ari, hidup Ara berjalan dengan biasa. Dia selalu sibuk dengan kuliahnya. Setiap hari berkutat dengan tugas dan kegiatan sosialnya. Sudah lama Ara berstatus jomblo. Tapi itu tidak masalah bagi Ara, meskipun teman-temannya selalu menanyakan kapan Ara melepas status jomblo itu. Ara cuek saja. Fokusnya sekarang hanya kuliah.
Sebenarnya Ara punya teman di dunia maya. Lelaki itu teman chatting Ara. Namanya Ari. Mereka saling curhat meskipun belum pernah bertemu. Ara selalu menceritakan apapun yang terjadi dan dirasakannya, begitu pula sebaliknya. Hampir setiap malam mereka selalu bercerita tentang kehidupan.
Kedekatan di dunia maya membuat Ara merasa cocok dengan Ari. Padahal sedikit pun Ara tidak mengenal Ari. Sampai pada suatu malam Ari berkata kalau ingin bertemu dengannya. Ara senang sekali. Harapan agar bertemu Ari bisa jadi kenyataan.
Hari ini adalah hari kesepakatan mereka untuk bertemu untuk pertama kalinya. Di taman dekat kompleks kampus Ara. Sehabis kuliah, Ara langsung kabur meninggalkan teman-temannya. Langit tampak mendung sepertinya hari mau hujan. Sudah satu jam dia menunggu tapi tampaknya Ari belum datang. Dalam hati Ara berharap agar bisa bertemu dengan Ari.
Ara duduk di kursi sambil melihat bunga matahari. Dia tersenyum, ia mengibaratkan Ari bagai bunga itu. Ara sangat suka dengan bunga itu. Baginya bunga matahari adalah lambang kebahagiaan. Dan sumber kebahagiaan Ara adalah Ari. Tiba-tiba dari belakang Ara dikejutkan oleh suara lelaki.
“Ara” kata orang itu. Ara langsung menoleh ke belakang.
“Ari ya ?” jawab Ara.
“Iya. Apa kabar ?” sambil tersenyum.
“Baik” jawab Ara tersenyum. Senyum dengan kebahagiaan. Ari duduk di sebelah Ara, mereka mulai banyak bercerita. Ara selalu tertawa mendengarkan cerita Ara.
Itulah awal kedekatan mereka. Semakin hari mereka semakin dekat. Dan merasakan bunga-bunga cinta. Kini Ari menjadi semangat Ara dalam menjalani kehidupan. Mereka saling berbagi, berbagi suka dan duka. Bunga matahari itu telah tumbuh subur di taman hati Ara.
Meskipun selalu bersama dan semakin dekat. Ada satu hal yang sulit dipersatukan yaitu ego Ara. Sifat ara yang egois dan cemburuan terkadang membuat mereka menjadi bertengkar. Sampai pada suatu hari kecemburuan Ara yang tinggi dan Ara marah. Marah besar karena merasa Ari tidak memperdulikan dan perhatian kepadanya. Dan memutusakan Ari.
Ari kecewa kepada Ara. Karena sifat Ara yang tidak pernah berubah. Selalu marah dan cemburu. Ara tidak melihat pengorbanan Ari. Sebenarnya dia sangat menyayangi Ara, hanya Ara lah yang dia sayangi. Nasi telah jadi bubur. Semua telah terjadi. Ari merasa tidak bisa lagi bersama Ara. Dan dia ikhlas dengan keputusan Ara.
Setelah tidak bersama Ari. Ara merasa kehilangan. Ia menyesal karena telah memutuskan Ari. Ia merasa telah buta. Buta karena tidak bisa melihat pengorbanan yang dilakukan untuknya. Ara tidak bisa melupakan bunga mataharinya, karena bunga itu masih tumbuh di tamannya. Tetapi sudah terlambat karena Ari telah pergi dan takkan kembali lagi.
Kini dunia Ara menjadi gelap. Diliputi awan hitam tanpa matahari yang bersinar. Ara begitu menyesal. Tetapi penyesalan dan tumpahan air matanya takkan mungkin mengembalikan Ari lagi. Sangat menyedihkan bagi Ara, menyayangi seseorang tanpa bisa sedikit pun melupakannya. Padahal Ara tahu sendiri dia tidak mungkin bisa kembali bersatu dengan Ari. Hanya Tuhan yang tahu apa yang dirasakan Ara sekarang, dan atas kehendakNya lah jika suatu saat nanti di mana Tuhan akan mempersatukan cinta mereka pada waktu yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar