Sabtu, 26 Juni 2010

RUMAHKU NERAKA BAGIKU
karya: Yuni Leswita

Namaku Angga, sekarang aku tercatat sebagai mahasiswa semester 2 di univeristas sriwijaya, jurusan teknik sipil. Aku mempunyai seorang adik cewek berumur 3 tahun, aku sangat sayang dengan adikku, tetapi aku sangat benci dengan papa dan mama ku, setiap hari selalu ku dengar papa dan mama berantem, apa g’ ada kerjaan lain selain berantem. Aku pusing dengan keadaan di rumahku. Terkadang aku tidak pulang ke rumah karena aku tidak inggin mendengar perang dunia ke-3 yang selalu terjadi di rumah, aku g tau apa tau apa yang mereka perebutkan. Papa bekerja di kantor suasta sebagai direktur, dan mama seorang wanita karir yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan arisan dengan teman-teman sekantornya.
Windi adikku yang perempuan besar dipembantuku, karena mama tidak pernah mengurusnya, dari kecil semenjak lahir bibi lah yang mengurus Windi, tak heran Windi lebih dekat dengan bibi daripada mama. Windi terkadang menanggis kalau mama mengambilnya dari bibi tuk diajak pergi, Windi merasa bibi lah ibu yang melahirkan dia, bukan mama. Saking sibuknya mama anak sendiri tidak mengenalinya.
Pagi-pagi suasana rumah begitu sepi tenyata, papa g pulang semalem, mama sudah berangkat ke kantor, aku sarapan bersama Windi. Aku heran kenapa keluargaku g pernah akur dan selalu ja terjadi pertengkaran. Terkadang aku iri dengan temanku Rendi meskipun dia dari keluarga yang sederhana tetapi keluarganya selalu damai dan tentram.
Apa semua orang kaya hidupnya kaya di rumahku yah, g juga sih, banyak buktinya orang kaya tapi hidupnya aman-aman saja. Ah aku g peduli terserah apa yang diingginkan oarng tuaku, lagian mereka tidak pernag memikirkan kami, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri, yang dipikirkannya hanya pekerjaan-pekerjaan. Aku pusing dengan semuanya. Tapi aku masih ada harapan dari keluargaku yaitu adik kecilku Windi yang selalu ada bersama ku. Hari ini aku pulang malam, sesampai di rumah seperti biasa terasa sepi, aku menanyakan mama dan papa ke pada bibi.
“ bik, papa belum pulang?????”
“ belum den”
“ mama juga yah bik?”
“ tadi mama telfon katanya ada arisan malam ini jadi mama pulang terlambat”
“ oughhhh ada arisan yah, apa ada arisan sampei malam gini bik?”
“ bibi g tau den”.
Sebelum tidur aku selalu mengajak Windi bermain dulu, karena Windi pasti butuh teman bermain, aku kasian sama adik ku satu ini, seharusnya dia di urus oleh mama, tetapi malah di urus pembantu, jam di dinding menunjukan pukul 11 malam tak lama kemudian ada mobil yang dating, tenyata papa sudah pulang. Papa langsung ke kamarnya, selalu begitu tidak pernah mau tau tentang urusan ku. Tetapi mala mini papa mengetuk pintu kamarku’
“ Ngga, Angga, belum tidur?”
“ belum pa, masih ngerjain tugas”,
“Windi sudah tidur yah”
“ sudah pa”
“ mama mana kok belum pulang”
“ Angga g tau, telfon ja,”
Papa berlalu dari balik pintu, aku tidak membukakan pintu karena aku merasa jijik dengan kedua orang tuaku, walaupun aku lahir dari mereka tapi aku tetap benci kepada mereka. Aku tak tau mengapa aku begitu membenci kedua orang tuaku. Tak lama kemudian mama pulang, dan yang membukakan pintu adalah papa.
“ jam segini baru pulang, dari mana aja ma?”
“ arisan pa, papa sudah lama pulang”
“ mama seharusnya mama itu mengurus anak-anak, bukan keluyuran, pulang malam-malam, papa susah payah cari uang untuk kalian tetapi mama begini kelakuannya di belakang papa, mulai besok mama g usah kerja lagi, biar papa saja yang cari uang, kan kasian sama windi yang masih kecil”
“ g’ bisa gitu, sebelum kita menikah papa sudah janji pada mama, mama boleh bekerja walaupun sudah menikah, sekarang papa meminta mama untuk berhenti, tidak bisa, mama susah payah membangun karir mama, mulai dari nol pa”
“ terserah, yang papa tau mulai besok mama tidak boleh kerja lagi. Titik.”
Ya Allah hari sudah malam begini papa dan mama masih saja berantem, aku tidak bisa tidur sama sekali, apa mereka g malu tiap hari kerjaannya Cuma berantem aja. Besok paginya mama masih bekerja, padehal papa sudah bilang bahwa mama tidak boleh bekerja lagi, tapi begitulah mama, keras kepala, mentingin karir daripada anak. Papa membolehkan mama tetap kerja tapi dengan satu syarat bahwa mama tidah boleh pulang malam lagi.
Sudah seminggu aku tidak mendengar mama dan papa berantem, aku senang karena tidak ada perang dunia ke-3 yang akan ku dengar, beberapa hari ini Windi sudah mulai deket sengan mama, dan mama banyak meluangkan waktu untuk kami begitu juga dengan papa. Tapi Cuma seminggu itu aja aku rasakan kebahagian di rumahku, karena setelah itu mama mulai pulang malem lagi. Yang lebih menggagetkan aku tenyata mama berselingkuh dengan brondong. Aku benci dengan mama, apa sih kurangnya papa, kenapa mama mesti berselingkuh, yang lebih menyakitkan mama berselingkuh dengan Deni temanku satu SMA dulu. Papa sangat terpukul, merasa bersalah karena tidak bisa mejaga keluarga.
Papa binggung mau ngapain, sudah beberapa hari ini papa tidak kerja dan kerjaannya Cuma ngelamun aja, papa malu di kantor, karena orang satu kator papa sudah tau kalau mama selingkuh, papa merasa gagal menjadi seorang suami. Demi kebaikan bersama papa memutuskan untuk bercerai dengan mama. Aku mendukung atas apa yang dilakukan papa, karena kau benci dengan mama, wanita tidak tau diri. Akhirnya mama dan papa resmi bercerai. Aku dan Windi memutuskan untuk ikut bersama papa, karena aku tidak mau ikut bersama orang yang tidak punya akhlak. Mama diusir dari rumah, mama sters karena kehilangan semuanya, selain kehilangan keluarga, mama juga dipecat dari pekerjaannya, dan berondong yang berselingkuh dengan mama pergi begitu saja, karena brondong itu hanya memanfaatkan mama.
Lambat laun keadaan papa mulai membaik, dan hari ini papa mulai masuk kantor, aku senang karena papa bisa bangkit kembali menjadi orang yang lebih kuat dari sebelumnya. Sedangkan mama sekarang menjadi seorang gelandangan yang tidak terurus badannya, terkadang aku merasa kasian, tetapi terkadang aku merasa benci atas perbuatannya. Tapi sepentasnnya mama mendapatkan semua ini, karena semua berawal dari ulahnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar