Selasa, 22 Juni 2010

Naskah Drama. Pergi untuk Selamanya

Nama : Rika Ariyani
Nim : 2007112116
Kelas : 6.C




Suasana perumahan yang berkawasan elite dan didalamnya dihuni oleh ibu yang memiliki 2 anak kembar, seorang ibu yang telah ditinggalkan oleh suaminya yang telah meninggal 2 tahun yang lalu. Rina dan Rini itulah sebutan nama kami sehai-hari. wajah kami sangat mirip sekali bagaikan pinang dibelah dua karena kami memang dilahirkan kembar. Apalagi soal pakaian kami harus sama kalau gak sama pasti ribut, mama sering pusing kalau lihat kami ribut hanya masalah sepele gara-gara aku memakai pakaian Rini tanpa sepengetahuannya tapi itulah kalau sudah gak berantem lagi, kami udah tuh akur lagi namanya juga saudara. Kami tidak dapat dipisahkan selalu bersama-sama dan seandainya antara kami dipisahkan rasanya salah satu dari kami sangat sedih apalagi diantara kami ada yang sakit pasti diantara kami berdua merasakan. Kami bedua saling menyayangi dan melindungi. Mama gak pernah membedakan antara kami semuanya sama. Rina adalah kakak dari Rini karena ia dilahirkan terlebih dulu.
Suasana benteng begitu ramai di siang hari. Dimana matahari menyengat kulit terasa panas sekali terlihat orang-orang berjualan di pinggir sana, melihat kapal-kapal lewat , rumah rakit di atas air, jembatan ampera yang begitu indah yang dipenuhi banyak mobil yang lewat.
Rini : “kak, lihat museum yuk….?”. cepat-cepat menghampiri sebuah museum.
Rina :“ya, dek….”. menuruti permintaan adeknya.
“ayo kak”. Semangatnya ingin masuk kedalam museum.
Rina sebagai kakak hanya bisa menuruti permintaan adeknya dan aku sangat sayang kepada adekku dan aku harus menjaga dia apalagi aku sangat sedih karena adekku divonis menderita penyakit kanker oleh dokter yang mulai begitu parah, namun mama dan aku selalu mengajak rini untuk memeriksa penyakitnya agar tidak berbahaya dan harus diobati tetapi aku begitu sedih apalagi mama. Kami berdua selalu merahasiakan dari Rini dan itu tidak pernah aku lupakan perkataan kata dokter bahwa umur Rini tidak akan beberapa lama lagi. Dan aku bilang sama mama Rini harus tetap hidup dan tidak boleh meninggalkan kita cukuplah papa terlebih dulu dipanggil jangan Rini lagi. Airmata Deras mengalir dari kelopak mata mama yang dipenuh garis-garis.
Rina : “dek pulang yuk, ntar kamu capek”. menunjukkan rasa cemas
Rini : “gak, kak aku masih ingin lihat-lihat disini…”.
Rina :“dek, hidungmu berdarah lagi….?”. menghapus darah hidung adeknya dengan tisu dengan rasa cemas.
Rini :“y, udah kita pulang aja kak…”. Wajahnya mulai pusat.
Rina :“kan kakak udah bilang jangan lama-lama disini. Ntar kecapekam apalagi abiz dari benteng tadi….?”. menasehati adeknya dan megajak pulang.
Sesampai dirumah aku membaringkan Rini dikamar dan terlihat sekali ia sangat capek dan aku segera mengambil obat menyuruhnya untuk minum dan aku mulai menangis kalau lihat ia seperti ini. Bunyi mobil terdengar di luar dan aku tahu mama baru pulang dari kerja. Kami berdua sangat sayang kepada mama dan kami salut sama mama begitu giat kerja kerasnya mencari uang untuk menghidupi kami berdua tetapi mama tidak pernah melalaikan anaknya, walaupun ia sedang bekerja ia sempatkan untuk menelepon kami untuk keadaan.
Mama :“Rina, kemana adekmu…..?”.ketakutan untuk menjawab.
Rina :“dikamar ma. Tadi kami abiz dari berjalan-jalan kebenteng lalu kemuseum. Hidung rini mngeluarkan darah lagi ma karena rini pingin kesana, maafkan aku ma…”. Memeluk mamanya sambil menangis.
Mama :“ ya ampun. Mama kan udah bilang jangan ajak adekmu berjalan-jalan lama. Adekmu kan tidak boleh capek apalagi kena panas…..?”. menasehati anaknya dan sedikit menunjukkan rasa kesal.
Rina :“ya, ma rina gak akan ajak adek berjalan lagi……..”. menunjukkan rasa menyesal.

Dikamar yang bercorak berwarna pink yang disukai rini mama menciun kening rini yang masih terlelap tidur. Aku melihat mama begitu sayangnya kepada Rini dan terlihat matanya menangis. Gak beberapa saat rini terbangun mungkin terdengar suara mama yang menangis.
Rini : “ ma, ada apa menangis……….?”. memegang tangan mamanya.
Mama : “ gak nak. Gak ada apa-apa mama sedih melihat rini menangung sakit seperti ini terus…”. Mengelus rambut anaknya.
Rini : “ sudahlah ma, rini terima apa yang rini sekarang alami ini mungkin rini pingin menyusul papa di surga…”. Air matanya mengalir.
Rina :” jangan bekata bergitu, dek. Mama dan kakak tidak mau kehilangan kamu dek. Menyakini dengan sepenuh hati.
Rini : “ gak, kak adek gak mau menyusahin kalian semua…..?”. wajahnya terlihat lesu.
“tidak….,mama akan mati-matian untuk menyembuhkan kamu nak, dengan cara apapun walaupun nyawa mama ditaruhkan…?”. Wajahnya yang separuh baya menyakinkan anaknya.
Rina : “ya, dek kamu pasti bisa. Kamu harus sembuh……..”. memberi dukungan.
Berpeluklah mereka bertiga dengan saling bertangisan. hari mulai berlalu gak terasa sebentar lagi libur sekolah. Terlihat Rini belum juga menunjukkan kesembuhaan dari sakitnya dan mama selalu membawa Rini berobat kerumah sakit yang terkenal dirumah di kota palembang. Pagi-pagi saat aku sedang membersihkan ruangan tengah terdengar mama berteriak-teriak sambil menangis memangil namaku.
Mama : “Rina……..?”
Rina : “y, ma….? Berlari cepat-cepat karena perasaan hatinya gak enak.
Betapa terkejutnya hatiku melihat adekku yang sedang dipangku mama yang tergeletak pingsan dan terlihat hidungnya mengeluarkan darah lagi.
Mama : “nak, cepat telepon rumah sakit…..?”. memeluk anaknya sambil menangis.
Rina : “ ya, ma…….?”. segera keluar kamar.
Tak berapa lama mobil ambulance datang dam membawa rini masuk ke dalam mobil. Telihat mama menangis terus tanpa henti karena mama takut apa yang dikatakan oleh dokter memang benar. Aku terdiam membisu dan berdoa dalam hati memohon kepada allah semoga adekku sembuh dan bisa melewati masa kritisnya. Dimana kata dokter rini harus segera di operasi kalau tidak penyakitnya akan bertambah parah. Saat rini akan dimasukan keruangan operasi aku dan mama gak diizin untuk masuk akan dioperasi. Setelah ditunggu beberapa menit akhirnya dokter keluar dengan wajah lesu.
Dokter : “bu kami semua di rumah sakit telah berusaha untuk menyembuhkan anak ibu, namun tuhan berkehendak lain. kuharap ibu bisa sabar menerima ini semua…?’.
Mama : “ apa, dok.” . wanita separuh baya itu pingsan.
Rina :“mama”. menangis sambil memangku mama yang sedang pingsan mendengar adeknya telah meninggal.

Di sebuah pemakaman yang dibendungi dengan rasa kesedihan yang mendalam. Aku hanya menatap kesedihan yang harus merelakan Rini yang telah dipanggil terlebih dahulu. Mama tidak hentinya meneteskan airmata dan Keluarga besar berupaya untuk menenangkan mama. Aku merasa sangat kehilangan sekali tak hentinya air mataku menangis bila harus berpisah dengan adekku Rini. Dimana ia pergi untuk selamanya meninggalkan kami semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar