Selasa, 22 Juni 2010

JALAN-JALAN

Indahnya suasana pagi, awan putih menghiasi langit nan cerah. Angin bertiup sepoi-sepoi menyambut pagi membuat rambutku yang tadinya rapi menjadi acak-acakan, indahnya pagi membuatku begitu nyaman dan betah berlama-lama di taman BKB (benteng kuto besak). Aku berdiri melihat kapal-kapal yang berlalu lalang di sungai musi, kapalnya ada yang besar, ada yang kecil, dan ada juga perahu nelayan yang sedang mencari ikan. Sungai musi yang membelah kota Palembang membuat keindahan tersendiri bagi masyarakat kota Palembang, maupun turis yang sengaja datang untuk melihat indahnya sungai musi. Ditambah lagi ada jembatan ampera membuat kota budaya ini menjadi indah dan menawan dipandang mata. Di pinggir-pinggir sungai musi ada rumah-rumah rakit atau rumah di atas air, setiap hari minggu wisata BKB selalu ramai banyak pengunjung sengaja datang untuk mengisi waktu liburan, setelah selama seminggu disibukkan oleh bermacam-macam aktivitas.
Kini pagi telah beranjak siang membuat badanku yang tadinya dingin berubah hangat. Aku pun beranjak mencari tempat untuk berteduh, kebetulan ada pondok yang kosong aku segera bergegas ke sana. Tak lama aku duduk ada seorang nelayan yang menghampiriku umurnya sekitar 60 tahunan, “dari mana dek ?” nelayan itu bertanya padaku “dari plaju pak”. “Ada apa ke sini koq jalan-jalannya sendirian”, “lagi mau sendiri aja pak”. Lalu nelayan itu cerita padaku. Masih beruntung anak tidak seperti bapak, setiap harinya bapak habisin waktu di sungai musi ini mencari ikan. Kalau tidak begitu isteri sama anak-anak bapak tidak bisa makan, sesudah melaksanakan shalat subuh bapak pergi mencari ikan dan pulangnya tiba waktu magrib. Ikannya juga tidak selamanya dapat banyak, kadang tidak dapat sama sekali. Bapak ingin sekali menyekolahkan anak-anak bapak sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Tapi, karena keadaanlah yang membuat anak-anak tidak bisa melanjutkan sekolah. Ke tiga anak bapak tamat sekolah SD, sedangkan yang pertama sudah menikah. Lima tahun yang lalu, bapak pernah bekerja. Tapi, karena perusahaan itu bangkrut dan semua karyawan pun di berhentikan.
Bapak merasa bersyukur sekali sampai sekarang bapak masih hidup, walaupun hidup secara sederhana. Bapak tidak pernah mengeluh, karena setiap kehidupan manusia ada pasang surutnya. Tak terasa air mataku pun jatuh mendengarkan kisah kehidupan bapak nelayan itu, kulihat jam di tanganku menunjukkan pukul 15.30 itu artinya setengah jam lagi akan tiba waktu magrib. Kuberi tahu pak nelayan pak sekarang sudah jam 15.30 lebih baik bapak pulang nanti isteri dan anak-anak bapak cemas kalau bapak belum pulang, sampaikan salam saya untuk isteri dan anak-anak bapak. Saya sangat berterimakasih pada bapak hari ini banyak pelajaran yang saya dapat ambil dari cerita bapak tadi, mudah-mudahan keluarga bapak selalu diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan ini. Kapan-kapan saya main ke rumah bapak, anak juga cepat pulang hari sudah mulai gelap tidak baik gadis masih berkeliaran.
Iya pak saya juga mau siap-siap untuk pulang. kalau begitu bapak duluan y Nak… Ohh ya pak hati-hati pak, aku pun bergegas mencari angkot plaju. Tiba di rumah aku pun cerita pada keluargaku kalau aku ketemu dengan seorang nelayan yang baik mau berbagi cerita padaku, semua anggota keluargaku ikut merasa kasihan dengan apa yang dirasakan dalam kehidupan nelayan itu. Esoknya aku dan adik-adikku mengumpulkan pakaian-pakaian bekas untuk diberikan kepada nelayan itu, dan sedikit sembako. Aku dan keluargaku pun mengantarkan ke rumah nelayan, betapa terkejutnya mereka melihat kedatangan kami. Mereka sangat berterimakasih dengan apa yang kami berikan, lalu kami pun pamit untuk pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar