Sabtu, 26 Juni 2010

MALAIKAT KECIL
By: Yuni Leswita

Semilir suara angin menerpa jilbabku yang merah, aku tersenyum memandang sungai musi yang begitu indah. Di atas sungai musi ada AMPERA yang begitu kokoh berdiri. Bising suara kendaran bermotor hilir mudik tak sedikitpun mengganguku untuk menikmati keindahan musi, Sungai kebanggan orang Palembang yang selalu dijaga kebersihannya.
Pagi ini aku duduk di pinggir sungai musi untuk menghirup udara segar, kebetulan hari ini aku tidak kuliah, aku kuliah di universitas PGRI. Ternyata pagi hari tak mengurungkan niat orang tuk mengunjungi musi, pagi-pagi sudah banyak orang yang datang, ada yang memancing ada yang berjualan ada juga yang sengaja Cuma untuk menikmati keindahan sungai musi, begitu juga dengan aku. Baru sebentar aku duduk ada seorang anak kecil mendekati ku. Dia membawa alat music kesayangannya dengan tidak ragu dia memetiknya dengan penuh semangat dan benyanyi dengan riang.
Aku terkesimah mendengar dia bernyanyi, ternyata suaranya begitu indah. Akupun memintanya utuk benyanyi lagi dengan lagu yang kuinggginkan.
“ dek, kakak boleh reques g’”
“ mau lagu apa kak”
“aishiteru bisa”
“ya kak”
Diapun mulai menyanyikan lagu yang ku maksud, dengan memetik gitar kecilnya.
“ walau raga kita terpisah jauh,
namun hati kita slalu dekat,
bila kau rindu pejamkan matamu,
dan rasakan a….a..aku..”
Aku tersenyum setelah dia menyanyikan lagu itu, akupun memberi uang sepuluh ribu kepada adik kecil itu. Dia langsung pergi setelah aku memberi uang itu. Hari sudah mulai siang, matahari sudah menampakan kegarangannya, tetapi aku belum juga beranjak dari pinggir musi. G’ lama kemudian adik kecil itu lewat di dekatku. Ternyata dia belum pulang, apa dia tidak sekolah yah, kan dia masih kecil, biasanya jam segini anak SD belum pulang sekolah.
“ dek belum pulang”
“ belum kak, bentar lagi, kakak kok belum pulang?”
“ yah kakak masih pengen di sini, adek g’ sekolah?”
“ sekolah, tapi masuk siang kak”.
Adik kecil itu duduk di dekatku dan kami mulai berbincang-bincang, dan aku banyak bertanya kepadanya, tenyata adik kecil ini usianya 8 tahun dia baru kelas 2 SD, banyak yang kami perbincangkan, dia tidak segan berbagi cerita kepadaku. Ternaya dia mengamen untuk membiayai sekolahnya, dia dari keluarga yang kurang mampu, karena ayahnya sudah meninggal dan ibunya hanya seorang buruh tukang cuci yang pendapatnya tidak menentu. Dia 3 bersaudara kakak tertuanya kelas 2 SMA, dan adiknya masih kecil berumur 1 tahun. Mengamen bukanlah perkerjaan yang tidak terhormat, Karen a kita bukan meminta-minta tetapi kita menjual suara kita.
Aku sedih melihat anak sekecil ini sudah bisa mencari uang untuk membiayai sekolah dan membantu menopang ekonomi keluarga, anak seusianya pantasnya bermain dengan teman-temannya, tapi itulah hidup, kita tidak bisa membayangkan, beruntunglah bagi kita dari keluarga yang berkcukupan. Masih banyak anak-anak yang malang, yang sepantasnya dia menikmati pendidikan bukan mencari uang untuk keluarga. Tetpi sosok anak kecil ini tidak pernah mengeluh dengan apa yang dikerjakanya, karena dia menjalani dengan ikhlas.
“ hari ni dapat berapa dek”
“ Cuma 17 ribu kak, tapi lumayanlah tuk makan hari ini, kata ibu kita harus bersyukur atas apa yang kita dapat, apabila kita bersyukur atas nikmat yang diberi Allah, maka akan dilipat gandakan”.
Subhanallah anak sekecel ini sudah tau yang namanya bersyukur, sedangkan aku selama ini tidak pernah puas atas apa yang ku dapat, aku sedih aku teringat dengan ibu yang sering ku buat menanggis apabila tidak memberI apa yang ku mau. Ya Allah maafkan hambamu yang selama ini selalu kufur atas nikmat yang engkau beri.
Banyak pelajaran yang ku dapat hari ini dari seorang anak kecil, aku yang sudah berumur 20 tahun tetapi tidak pernah dewasa dalam meghadapi hidup.
“ dek kapan-kapan kakak boleh kan main ke tempat adik?”
“ boleh aja kak, tapi rumahnya saya Cuma gubuk kecil yang sudah peot dan tidak pantas dihuni”
“ g’ apa-apa yang penting hidup bahagia dan ada tempat untuk berteduh.
Setelah pertemuan tadi, yang pertama yang akan kulakukan di rumah adalah bersujud di kaki ibuku, karena selama ini aku sudah banyak bikin dosa. Aku akan menjadi anak yang lebih baik, dan akan berbakti pada orang tua.,dan tidak mengecewakan orang yang sayang padaku. Sesampai di rumah, aku mencari- cari ibuku, ibu kemana yah, kok g ada, g biasanya jam segini ibu pergi, akupun memanggil-manggil ibu.
“bu….ibu dimana?”
Tak lama kemudian terdengar suara dari luar, dan menjawab sautan panggilan aku.
“ kenapa, ibu dari rumah tetangga, adik dari mana kok baru pulang?”
Aku menanggis sambil memeluk ibu, dan mencium kedua pipinya, ibu binggung atas apa yang kulakukan, g seperti biasaya aku begini, aku anak yang periang,tidak pernah sedih, dan agak sedikit nakal+ jahil. Ibu mencoba menenangkan aku, tetapi aku tetap saja menanggis. Ibu mencoba mengajak aku berbicara.
“ adik kenapa nanggis, da masalah apa, cerita sama ibu”
“ hikzzz…. Hikzz…. Hikzzz….buk maafin adik yah sudah bandel selama ini, adik suka bikin ibu nanggis”
“kenapa, adik g salah, ibu sudah maafin semua kesalahan adik, ibu tau adik anak yang baik”
“ buk adik nyesel udah bandel selama ini, sudah bikin susah ibu”
“ g apa-apa, adik itu masih labil jadi masih berbuat sesuka hatinya, tapi adik tetap anak ibu yang baik, ibu tau dengan anak ibu”
Akupun menceritakan tentang apa yang kulakuka hari ini, dan tidak lupa juga aku menceritakan tentang sesosok anak kecil yang ku temui hari ini, dengan seksama ibu mendengarkan aku becerita. Setelah aku bercerita, gilira ibu sekarang yang bercerita, ibu juga menceritakan bahwa tadi dia dari rumahanya bi Darmi, ibu juga bercerita tetang anak bi Darmi yang bernama Ahmad, dia mendapatkan beasiswa karena mendapat juara umum. Bi Darmi adalah tukang cuci di rumahku, setelah ibu bercerita tentang Ahmad, aku baru tau Ahmat yang ibu maksud adalah anak yang ku temui tadi pagi, aku tidak mengira bahwa Ahmad anak yang pintar, aku kira anak-anak kayak Ahmad tidak begitu mengjhiraukan pendidikan, tenyata aku salah.
Aku sadar selama ini aku tidak pernah peduli dengan keadaan sekitarku, dan sekarang aku lebih mengerti tentang artinya hidup dan menghargai atas apa yang ku dapat, aku juga tau bagaimana susahnya mencari uang. Setidaknya aku lebih menghargai orang yang susah dan tidak memandang orang sebeleh mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar